BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa
ini, tato henna temporer telah menjadi salah satu media artistik yang banyak
digemari masyarakat mulai dari anak muda hingga orang dewasa. Tato non permanen
mmiliki tampilan hampir sama dengan tato permanen, namun tato ini murah dan
tidak sakit saat proses pembuatannya. Tato dapat bervariasi mulai dari segi
bentuk dan warna. Orang yang menggunakan tato biasanya memilih agar tato
dipoleskan di bagian tubuh tertentu dan membuat kulit terlihat lebih indah. Tato
juga digunakan sebagai media menyamarkan tanda lahir agar tidak menganggu
penampilan dan terlihat lebih natural.
Bali yang merupakan salah satu
destinasi wisata mancanegara sudah tidak asing lagi dengan pemakaian tato
sebagai lukisan tubuh. Namun akhir-akhir ini terjadi peningkatan kasus alergi
dermatitis kontak dari tato non permanen. Meningkatnya frekuensi kasus alergi
dermatitis kontak dari tato henna hitam non permanen tahun terakhir ini
menunjukan popularitas dari lukis tubuh.1 Tato mendapat sambutan
baik dan wisatawan karena karakter non permanennya (2-3 minggu). Namun tak
jarang para pelukis sendiri tidak memberikan jaminan tinggi terhadap sanitasi
hasil karyanya sendiri.2
Henna (Lawsonia Inermis) merupakan tumbuhan dari famili Lythraceae. Daun
dari henna yang telah kering dibuat menjadi serbuk berwarna hijau kehitaman. Tato
temporer tidaklah bebas resiko seperti kelihatannya. Henna sendiri secara
relatif aman. Substansi aktif daun henna adalah naphthoquinone. Sebagai
campuran dari serbuk henna sering digunakan para-phenylenediamin (PPD) dan
para-toluenediamin yang ditambahkan untuk membuat warna cat semakin hitam. Keduanya
adalah alergen potensial penyebab alergi dermatitis kontak. Logam kuat seperti
nikel, cobalt, kromiun, dan mercury juga merupakan kontak alergen potensial
yang ditemukan pada campuran cat tato henna. 1,3
Ada
dua jenis dermatitis kontak. Pertama,dermatitis kontak iritan disebabkan oleh
iritasi kimia, dermatitis kontak alergi disebabkan oleh antigen (alergen) dimana
memunculkan reaksi hipersensitivitas.11 Penyebab umum dermatitis
kontak alergi akibat black henna tattoo
adalah PPD. Kontak kulit jangka panjang dan konsentrasi tinggi PPD meningkatkan
resiko sensitisasi. Dermatitis kontak alergi dapat diikuti post inflammatory hiper atau hipopigmentasi.1
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dermatitis kontak
alergi?
2.
Mengapa tinta tato temporer dapat menjadi
pemicu terjadinya dermatitis kontak alergi?
3.
Apa gejala dan tanda-tanda yang timbul
dari dermatitis kontak alergi?
4.
Bagaimana penanganan dan pencegahannya?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui pengertian, tanda, dan gejala dermatitis kontak alergi.
2.
Mengetahui kandungan pada cat tato yang
dapat memicu dermatitis kontak alergi.
3.
Mengetahui penanganan dan pencegahan dari
dermatitis kontak alergi.
1.4 Keuntungan
1.
Penulis dapat memperdalam pengetahuan
mengenai alergi dermatitis kontak.
2.
Dapat mengetahui bahaya produk yang
berkaitan dengan zat pemicu alergi dermatitis kontak di masyarakat, khususnya
yang terdapat pada tinta tato temporer.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tato Henna Temporer
Henna adalah tumbuhan dari family
Lythraceae . Henna (Lawsonia inermis
atau Lawsonia alba) secara alami
memberi pigmen orange kecoklatan yang terikat pada keratin kulit ketika
diaplikasikan, diperlukan beberapa jam untuk kering dan menyatu dengan kulit.9
Secara tradisional henna digunakan sebagai dandanan acara tradisi atau budaya
misalnya untuk pernikahan atau upacara kehamilan. Henna telah digunakan sebagai
bahan lukis tato temporer sejak ratusan tahun lalu. Tanaman henna biasanya
tumbuh di Asia, Mediterania Timur, dan Afrika Utara. Daunnya dikeringkan
sehingga tinta yang didapatkan dapat berbeda warna seperti coklat, merah, ungu,
dan hitam. Dalam aplikasinya untuk melukis maka digunakan pen sebagai alat
pemoles.2 Bahan aktif henna
adalah lawsone (2-hydroxy-1,4-naphtoquinone).5
2.2
Para-Phenylenediamine (PPD) dan Dermatitis Kontak Alergi
Henna tato hitam atau “black henna tattoo” yang biasa digunakan sebagai nama dagang dengan
tambahan khususnya PPD kini menjadi lebih popular karena warna yang lebih hitam
dan permanen. Konsentrasi yang diukur pada black
henna tattoo berkisar antara 0,25%-2,35% hingga 15,7%, pada beberapa jurnal
bahkan diterangkan hingga 64%.1,5 Campuran tato juga mengandung
bahan tambahan lain seperti bubuk kopi, minyak, karet, ataupun logam kuat
seperti nikel.1 PPD dapat juga terkandung dalam produk kosmetik
lainnya seperti pewarna rambut ataupun kosmetik. PPD Pada konsentrasi tinggi
dan paparan jangka panjang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi . PPD
adalah agen penyebab utama mayoritas kasus dermatitis kontak alergi pada
pemakai tato henna.3
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi imun yang
cenderung melibatkan kulit di sekitarnya (spreading
phenomenon) dan bahkan dapat menyebar keluar area yang terkena hingga
penyebaran yang menyeluruh.11 Intensitas dari lesi kulit dapat
bervariasi dari exudative erythema
hingga reaksi bullous contact dermatitis.
Semenjak meningkatnya kasus jumlah pasien yang dilaporkan menderita reaksi
kulit setelah tato temporer dengan henna hitam, reaksi alergi pada henna murni
sangat jarang terjadi. Penelitian epidemiologi pada alergi PPD telah dilaporkan
meskipun ada kemungkinan variasi genetik pasien dimana didapat hasil 4,3% di Asia,
4% di Eropa, dan 6,2% di Amerika Utara.10
PPD adalah kontak sensitisitas yang sangat potensial
berdasarkan laporan percobaan pada hewan dan manusia.7 Termasuk dalam
standar seri eropa untuk alergi dengan uji patch
testing. Untuk tujuan tato, henna diaplikasikan dengan pen pada kulit, ada
cukup waktu pada manusia untuk mensensitisasi berkembangnya reaksi alergi kontak.3
Konsentrasi yang tidak diumumkan telah didemonstrasikan pada pewarna yang
digunakan pada henna tato. Hal ini dapat berakibat pada aktivasi sensitisasi
anak muda dengan sekuele dan konsekuensi jangka panjang.8
Sekuel jangka panjang lainnya setelah dermatitis
kontak alergi akibat PPD pada tato henna termasuk diantaranya scar dan keloid, hiper dan hipopigmentasi
khususnya pada anak. Alergen lainnya seperti komponen karet (thiuram) dan fragrance telah dilaporkan sebagai
penyebab sensitisasi aktif atau dermatitis kontak alergi pada penggunaan tato henna.8
PPD dapat ditemukan pada konsentrasi hingga 15%,
walaupun pada konsentrasi yang lebih rendah juga dapat menyebabkan sensitisasi.
Tahun terakhir ini banyak laporan reaksi alergi dermatitis. Hal ini dapat
menjadi refleksi dari perkembangan black
henna tattoo. Penggunaan jangka panjang, kontak langsung dengan kulit dan
konsentrasi tinggi PPD beresiko meningkatkan reaksi dermatitis kontak alergi. Factor
lain yang juga berperan seperti proses auto-oksidatif dan aspek pharmakogenetik
potensial seperti acetylator status.1
Efek jangka panjang dapat termasuk hiperpigmentasi, hipopigmentasi,
hipertrichosis, atau keloid. Kontak dermatitis alergi disebabkan oleh henna
hitam adalah diagnosis klinis. Wound swab
berguna untuk membedakan alergi dari penyebab infektif. 5 Tipe
hipersensitivitas lambat juga mengakibatkan toksisitas berat dengan insufficient renal akut dan nekrosis
tubular.


Pada penelitian yang dilakukan oleh Kind Fabiola et
al. pada 7 pasien yang datang dengan kontak alergi atau memiliki episode dini
dermatitis kontak alergi sebagai respon terhadap tato henna hitam, 5 pasien
melaporkan periode laten antara kepekaan ketika mendapat tato dan perkembangan
reaksi alergi setelah menggunakan cat pewarna sejenis adalah 6,2 tahun. Dan
pada semua pasien menunjukan sensitisasi tipe lambat pada PPD.9 Pada
anak-anak umur tertentu, black henna tattoo
adalah sumber utama sesitisasi. Berbagai macam penelitian di Negara berbeda
melaporkan peningkatan angka sensitisasi PPD. Sebuah study melaporkan di
Denmark sejak 1989 secara signifikan meningkatnya frekuensi positif pada reaksi
patch testing, khususnya setelah
peningkatan konsentrasi tes dari 0,5 hingga 1 %.1
Pada sebuah laporan kasus di Spanyol tahun 2011,
pasien mengemukakan dermatitis kontak disebabkan oleh reaksi alergi hipersensitivitas
tipe IV (tipe lambat) yang muncul setelah lama waktu 10 hari dari ekhibisi
pertama dengan alergen. Reaksi ini berkembang 7-10 hari setelah antigen baru
dikenalkan.2-4 Pada individu yang telah tersensitisasi sebelumnya
reaksi muncul 24-48 jam.5 Reaksi dikembangkan dari resolusi lengkap
luka permanen telah digambarkan sebagai hipo atau hiperpigmentasi. Kontak
terdahulu dengan PPD menyebabkan sensibilisasi permanen pada cat, dengan
batas-batas yang diandaikan pada orang yang terinfeksi.2-4Dermatitis
kontak alergi tidak berhubungan dengan kejadian atopi. Reaksi imunologi tipe IV
dimediasi terutama oleh limfosit yang tersensitisasi, dimana akan berakibat
pada peradangan dan edema di kulit.11
Krasteva et al. menginvestigasi mekanisme aktivasi
sel T pada sensitivitas kontak PPD. Hasil tes in vitro menunjukkan PPD bertindak sebagai prophaten yang ketika diaplikasikan pada kulit akan termetabolisasi
dan diubah ke dalam produk seperti Bandrowski’s
base yang secara immunogenik mampu mengaktifkan sel T spesifik. Secara umum
diterima jika induksi dermatitis kontak alergi mengambil 7-10 hari ketika
antigen baru dikenali. Masih belum diketahui mengenai reaksi PPD yang berkisar
3-4 hari yang pernah dilaporkan. Ada beberapa teori mengenai periode pendek
sensitisasi ini. Teori pertama mengemukakan bahwa pasien telah tersensititas
terhadap PPD sedangkan yang lainnya menjelaskan potensi PPD sebagai sensitizer.7
Paparan PPD yang berulang telah menunjukkan
sigifikansi yang lebih tinggi daripada hanya durasi paparan. Dengan tinta
temporer, kontak dengan kulit akan menjadi lebih lama. Peran paparan berulang yang mendatangkan
reaksi PPD telah diteliti oleh White et al. mereka menginvestigasi apakah
individu dapat lebih baik mentoleransi paparan pendek berulang dibandingkan
dengan frekuensi paparan jarang dari magnitude
yang lebih besar. Mereka menemukan komponen alergenik akumulasi PPD pada kulit.
Dengan demikian paparan sebentar-sebentar pada konsentrasi rendah sama dengan
paparan single pada konsentrasi
tinggi.7
Dalam patofisiologinya, dermatitis kontak alergi
dibagi menjadi 2 fase yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Fase
sensitisasi dimulai ketika alergen mengalami kontak dengan kulit dan diambil
oleh Sel Langerhans. Antigen akan terikat pada Human Leucocyte Antigen-DR (HLA-DR) dan kompleks pada permukaan sel
Langerhans. Langerhans akan bergerak melalui limfatik menuju kelenjar regional
tempat terdapatnya kompleks spesifik sel T dengan CD4-positif. HLA-DR akan
berinteraksi dengan reseptor sel T tertentu (CTR) dan kompleks CD3. Langerhans
juga mengeluarkan IL-1 yang ketika berinteraksi dengan antigen akan
mengaktifkan sel T. Sel T mensekresi IL-2 dan menyebabkan stimulasi autokrin
dan proliferasi sel T spesifik yang berdedar ke seluruh tubuh dan kembali ke
kulit.11
Fase elisitasi terjadi ketika seseorang
telah mengalami sensitisasi antigen. Sel T primer atau memori antigen CTR
spesifik meningkat dan beredar dalam pembuluh darah. Ketika antigen kontak pada
kulit, antigen akan diproses dengan HLA-DR yang terdapat pada sel Langerhans.
Kompleks akan dipresentasikan kepada sel T4 spesifik dalam kulit dan inilah
awal dari proses elisitasi. Kompleks HLA-DR berinteraksi dengan kompleks
CD3-TCR spesifik untuk mengaktifkan sel Langerhans dan sel T. Hal ini akan
menginduksi sekresi IL-1 oleh sel Langerhans dan menghasilkan IL-2 dan produksi
IL-2R oleh sel T. Maka terjadilah proliferasi sel T. Sel T yang teraktivasi
akan mensekresi IL-3, IL-4, interferon-gamma, dan granulocyte macrophage
colony-stimulating factor (GMCSF). Kemudian sitokin akan mengaktifkan sel
Langerhans dan keratinosit. Keratinosit yang teraktivasi akan mensekresi IL-1,
kemudian IL-1 mengaktifkan phospolipase. Hal ini memicu terlepasnya asam
arakidonik untuk produksi prostaglandin (PG) dan leukotrin (LT). PG dan LT
menginduksi aktivasi sel mast dan pelebaran pembuluh darah secara langsung
sekaligus memicu pelepasan histamin yang melalui sel mast. Karena produk
vasoaktif dan chemoattractant, sel-sel dan protein dilepaskan dari pembuluh
darah. Keratinosit yangteraktivasi juga mengungkapkan intercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1) dan HLA-DR, yang memungkinkan interaksi langsung dengan
sel darah.
Keprihatinan meningkatnya jumlah
individu yang menggunakan tato henna pada usia muda dianggap sebagai reaksi
ancaman hidup yang terjadi pada anak dan konsekuensi di masa depan dengan
paparan berlebih pada alergen potensial ini masih belum diketahui.7 Membangun diagnosis kontak dermatitis alergi
dari henna hitam sangat penting karena anak mungkin saja menyisakan resiko
bahaya dari paparan PPD selanjutnya. Walaupun kontak dermatitis alergi yang
disebabkan oleh black henna tattoo
dikenal baik dalam dermatologi dan alergi. Pada dokter umum kasus tidak terlalu
terus terang didiagnosis.5
Secara khas pasien yang mengaplikasikan henna tato
dapat menjadi peka terhadap PPD dan mengalami reaksi silang dengan senyawa
para-amino lainnya seperti p-toluene
diamine, aminophenols, antioksidan, dan anestesi lokal jenis ester seperti
benzocaine.8
Prevalensi seumur hidup dari henna tato temporer
menunjukkan 6% populasi umum di Danish. Namun jumlah yang lebih tinggi (24%)
pada umur 18-24 tahun. Untuk mengurangi kejadian alergi PPD, cosmetic directive menetapkan tambahan PPD
pada henna tato dilarang. Bagaimanapun juga banyak tato temporer didapat selama
liburan di Negara tanpa adanya legislasi. Lebih jauh lagi, kepentingan ilegal tato
henna yang mengandung PPD membuat regulasi sulit diimplementasikan seperti
contoh di Bali.6 Di negara lain seperti Australia tidak memiliki
aturan batasan. Di Amerika memasukan PPD ke dalam kosmetik adalah tindakan ilegal.
Lebih penting lagi tinta tato temporer tanpa bahan yang tercantum pada label
atau pengandung PPD ilegal di Amerika.7
2.3
Tes Penunjang Dermatitis Kontak Alergi
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dibahas dalam
jurnal adalah patch testing (uji
tempel) yang dianggap sebagai “standar baku”. Patch testing digunakan untuk mengkonfirmasi reaksi PPD dan
identifikasi reaktifitas silang dengan pewarna lainnya. Patch testing telah menunjukkan kepekaan pasien setelah hanya 2-3
hari. Konsentrasi ppd yang direkomendasikan untuk patch testing adalah 1%, dimana konsentrasi pada tato mungkin lebih
tinggi daripada ini. Kandungan PPD pada tinta tato bervariasi mulai 0,43%-15,7%.7
Uji tempel diadministrasikan dengan thin-layer radip-use epicutaneous (TRUE)
atau dengan ruang aluminium (Finn) yang dipasang pada tape Scanpor. Zat uji diaplikasikan pada punggung atas. Tempelan
dihapus setelah 48 jam atau lebih cepat, tergantung dari seberapa cepar reaksi
gatal atau terbakar muncul. Area penempelan pada kulit harus dievaluasi pada
hari ke-4 atau 5 karena reaksi positif mungkin tidak muncul sebelumnya.11
Beberapa pemeriksaan penunjang lain yang dapat
digunakan adalah Provocative use test
dimana pemeriksaan ini biasa digunakan untuk menguji produk kosmetik pada
kulit. Uji photopatch untuk
mengevaluasi fotoalergi kontak. Tes in
Vitro yang dapat digunakan pada manusia dan hewan, namun tes ini masih
dikembangkan sampai dekade sekarang.11




2.4
Gejala Dan Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi
Pada penelitian yang dilaporkan oleh Kind Fabiola et
al. 2014. dimana terdapat kasus seorang anak berumur 10 tahun yang memiliki
henna tato pada bagian lengan atasnya. Satu hari kemudian ia mengalami rasa
terbakar pada area tato tanpa disertai lesi kulit. Ia tidak punya riwayat
dermatitis kontak, alergi, atau kelainan lainnya.8 Sedangkan pada
penelitian oleh Gunasti Suhan et al. dimana terdapat laporan kasus seorang
laki-laki 22 tahun setelah mendapat henna tato selama 2 minggu ia merasa gatal,
sedikit sakit, dan bulus, erupsi keloid pada bagian tato.9
Gambaran klinis dermatitis kontak alergi tergantung alergen
penyebabnya dalam anamnesis pasien diperlukan untuk identifikasi waktu,
lokalisasi, dan alergen sebelumnya. Pemeriksaan fisik bervariasi, pada sebagian
besar kasus ditandai macula, papula eritema, vesikel, dan bulla. Pada
dermatitis kontak alergi akut edema mendominasi daripada vesikel. Pada kasus
kronis muncul dermatitis pecah-pecah, lichenifikasi, dengan atau tanpa
papulovesikelisasi. Yang paling sering terlihat lichenoid dan eritema
multiformis.11
2.5
Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari
allergen.11 Pada beberapa kasus yang dipaparkan dalam jurnal, pasien
dengan dermatitis kontak alergi belum pernah sebelumnya berinteraksi dengan
henna tato sehingga reaksi yang mereka alami baru diketahui semenjak kontak
pertama. Maka dari itu perlunya pembekalan mengenai bahan-bahan yang mengandung
allergen pada pasien. Selain itu, induksi ambang batas pada produk-produk
potensial harus diawasi ketat sehubungan dengan diumumkannya regulasi mengenai
zat berbahaya seperti PPD.
Penatalaksaan dermatitis kontak alergi
akibat tato bervariasi tergantung pada tanda klinis yang muncul. Bahan
pengering seperti aluminium sulfat topikal, kalsium asetat bermanfaat untuk vesikel
akut dan erupsi yang basah, sedangkan erupsi likenifikasi paling baik ditangani
dengan emolien. Pruritus dapat dikontrol dengan antipruritus topikal atau
antihistamin oral, antihistamin topikal atau anestesi sebaiknya dihindari
karena risiko merangsang alergi sekunder pada kulit yang sudah mengalami dermatitis.
Pengobatan dengan fisikokimia yang mengurangi respon juga mungkin diperlukan.
Glukokortikoid, macrolaktam, dan radiasi ultraviolet yang paling banyak
digunakan.11
BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis kontak pada tato temporer dengan PPD
dapat berakhir pada inflamasi dermatologi yang serius dan terbentuknya bekas
luka atau parut. Secara karakteristik, inflamasi berubah mengikuti bentuk tato.
Bagaimanapun juga, reaksi hipersensitivitas dapat berakhir pada bekas luka yang
permanen, terbentuknya keloid, dan perubahan pigmen setelah inflamasi.
Hipopigmentasi pada setelah inflamasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa yang menggunakan henna tato. Sebagai tambahan,
ada kemungkinan pada pasien yang tersensitisasi PPD untuk tidak memiliki
toleransi alergi selanjutnya.
Produk yang berpotensi mengandung senyawa PPD selain
black henna tattoo adalah produk
dengan pewarna hitam yang pekat dan tahan lama seperti cat rambut, tekstil, dan
tinta. Para praktisi kesehatan harus waspada terhadap reaksi hipersensitivitas
pada pemakai henna tato. Oknum yang bersangkutan harus mengajukan regulasi
terhadap penggunaan senyawa berbahaya. Perlunya informasi ke publik mengenai
tato temporer yang mengandung PPD, para orang tua harus mencegah anak-anak
mereka untuk menggunakan tato khususnya pada daerah-daerah yang kini masih
belum mempunya undang-undang terkait bahan berbahaya seperti PPD.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kind F, Scherer K, Bircher AJ. Irritant
contact dermatitis from black henna tattoo without sensitization to
para-phenylenediamine. 2013 May 20;131(6):1974-1976
2.
Arranz J, Llabers C, Bennassar A.
Contact dermatitis after temporary tattoo at Sharm El Sheik. J Travel Med.
2011;18:67-69
3.
Jovanovic DL, Jovanovic MRS. Allergic
contact dermatitis from temporary henna tattoo. J Dermatology. 2009; 36:63-65
4.
Uzuner N, Olmez D, Babayigit A, Vayvada
O. Contact dermatitis with henna tattoo. Indian Ped. 2009 May 17;46:423-24
5.
Ip N, Hoddes J. Henna tattoo: Infection
or allergy?:Lancet. 2014 Apr 19;383:1436
6.
Hald M, Menne T, Johansen JD, Zachariae
C. Severe occupational contact dermatitis caused by black rubber as a
consequence of p-phenylenediamine
allergy resulting from a temporary henna tattoo. Contact Derm. 2013;68:376-83
7.
Hansen D, Voutsalath M. Contact
dermatitis from a presumed allergy to paraphenylenediamine. J Cosmetic Derm.
2009;8: 308-11
8.
Gunasti S, Aksungur VL. Severe
inflammatory and keloidal, allergic reaction due to para-phenylenediamine in
temporary tattoos. Indian J Dermatol Venerol Leprol. 2010 March ;76(2):165-66
9.
Kind F, Scherer K, Bircher AJ. Contact
dermatitis to para-phenylenediamine in hair dye following sensitization to
black henna tattoos – an ongoing problem. J German. 2011 Nov 12; 10:572-77
10.
Ong GYK. Temporary tattoo associated
type IV delayed hypersensitivity dermatitis in a child – A case report and call
for parental caution in Singapore. 2010 Sep;39(9):739
11.
Tersinanda TY. Dermatitis kontak alergi.
2013. (Diakses Agustus 2014) Diunduh dari: ojs.unud.ac.id
12.
Sangiuliano S, Ruocco E. Tattoo-like
contact dermatitis. International J Derm. 2011;50:628-39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar