Senin, 15 Desember 2014

PAPER: TATO HENNA TEMPORER DAN RESIKO DERMATITIS KONTAK ALERGI

Ini adalah paperku waktu semester 2. Sebenernya bingung mau topik apa akhirnya milih kulit kelamin. banyak banget kurangnya soalnya masih bingung subbab apa aja yang harus dimasukin. semoga membantu ^_^

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dewasa ini, tato henna temporer telah menjadi salah satu media artistik yang banyak digemari masyarakat mulai dari anak muda hingga orang dewasa. Tato non permanen mmiliki tampilan hampir sama dengan tato permanen, namun tato ini murah dan tidak sakit saat proses pembuatannya. Tato dapat bervariasi mulai dari segi bentuk dan warna. Orang yang menggunakan tato biasanya memilih agar tato dipoleskan di bagian tubuh tertentu dan membuat kulit terlihat lebih indah. Tato juga digunakan sebagai media menyamarkan tanda lahir agar tidak menganggu penampilan dan terlihat lebih natural.  
Bali yang merupakan salah satu destinasi wisata mancanegara sudah tidak asing lagi dengan pemakaian tato sebagai lukisan tubuh. Namun akhir-akhir ini terjadi peningkatan kasus alergi dermatitis kontak dari tato non permanen. Meningkatnya frekuensi kasus alergi dermatitis kontak dari tato henna hitam non permanen tahun terakhir ini menunjukan popularitas dari lukis tubuh.1 Tato mendapat sambutan baik dan wisatawan karena karakter non permanennya (2-3 minggu). Namun tak jarang para pelukis sendiri tidak memberikan jaminan tinggi terhadap sanitasi hasil karyanya sendiri.2

Henna (Lawsonia Inermis) merupakan tumbuhan dari famili Lythraceae. Daun dari henna yang telah kering dibuat menjadi serbuk berwarna hijau kehitaman. Tato temporer tidaklah bebas resiko seperti kelihatannya. Henna sendiri secara relatif aman. Substansi aktif daun henna adalah naphthoquinone. Sebagai campuran dari serbuk henna sering digunakan para-phenylenediamin (PPD) dan para-toluenediamin yang ditambahkan untuk membuat warna cat semakin hitam. Keduanya adalah alergen potensial penyebab alergi dermatitis kontak. Logam kuat seperti nikel, cobalt, kromiun, dan mercury juga merupakan kontak alergen potensial yang ditemukan pada campuran cat tato henna. 1,3
Ada dua jenis dermatitis kontak. Pertama,dermatitis kontak iritan disebabkan oleh iritasi kimia, dermatitis kontak alergi disebabkan oleh antigen (alergen) dimana memunculkan reaksi hipersensitivitas.11 Penyebab umum dermatitis kontak alergi akibat black henna tattoo adalah PPD. Kontak kulit jangka panjang dan konsentrasi tinggi PPD meningkatkan resiko sensitisasi. Dermatitis kontak alergi dapat diikuti post inflammatory hiper atau hipopigmentasi.1
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dermatitis kontak alergi?
2.      Mengapa tinta tato temporer dapat menjadi pemicu terjadinya dermatitis kontak alergi?
3.      Apa gejala dan tanda-tanda yang timbul dari dermatitis kontak alergi?
4.      Bagaimana penanganan dan pencegahannya?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian, tanda,  dan gejala dermatitis kontak alergi.
2.      Mengetahui kandungan pada cat tato yang dapat memicu dermatitis kontak alergi.
3.      Mengetahui penanganan dan pencegahan dari dermatitis kontak alergi.
1.4  Keuntungan
1.      Penulis dapat memperdalam pengetahuan mengenai alergi dermatitis kontak.
2.      Dapat mengetahui bahaya produk yang berkaitan dengan zat pemicu alergi dermatitis kontak di masyarakat, khususnya yang terdapat pada tinta tato temporer.


 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tato Henna Temporer
Henna adalah tumbuhan dari family Lythraceae . Henna (Lawsonia inermis atau Lawsonia alba) secara alami memberi pigmen orange kecoklatan yang terikat pada keratin kulit ketika diaplikasikan, diperlukan beberapa jam untuk kering dan menyatu dengan kulit.9 Secara tradisional henna digunakan sebagai dandanan acara tradisi atau budaya misalnya untuk pernikahan atau upacara kehamilan. Henna telah digunakan sebagai bahan lukis tato temporer sejak ratusan tahun lalu. Tanaman henna biasanya tumbuh di Asia, Mediterania Timur, dan Afrika Utara. Daunnya dikeringkan sehingga tinta yang didapatkan dapat berbeda warna seperti coklat, merah, ungu, dan hitam. Dalam aplikasinya untuk melukis maka digunakan pen sebagai alat pemoles.2  Bahan aktif henna adalah lawsone (2-hydroxy-1,4-naphtoquinone).5

2.2 Para-Phenylenediamine (PPD) dan Dermatitis Kontak Alergi
Henna tato hitam atau “black henna tattoo” yang biasa digunakan sebagai nama dagang dengan tambahan khususnya PPD kini menjadi lebih popular karena warna yang lebih hitam dan permanen. Konsentrasi yang diukur pada black henna tattoo berkisar antara 0,25%-2,35% hingga 15,7%, pada beberapa jurnal bahkan diterangkan hingga 64%.1,5 Campuran tato juga mengandung bahan tambahan lain seperti bubuk kopi, minyak, karet, ataupun logam kuat seperti nikel.1 PPD dapat juga terkandung dalam produk kosmetik lainnya seperti pewarna rambut ataupun kosmetik. PPD Pada konsentrasi tinggi dan paparan jangka panjang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi . PPD adalah agen penyebab utama mayoritas kasus dermatitis kontak alergi pada pemakai tato henna.3
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi imun yang cenderung melibatkan kulit di sekitarnya (spreading phenomenon) dan bahkan dapat menyebar keluar area yang terkena hingga penyebaran yang menyeluruh.11 Intensitas dari lesi kulit dapat bervariasi dari exudative erythema hingga reaksi bullous contact dermatitis. Semenjak meningkatnya kasus jumlah pasien yang dilaporkan menderita reaksi kulit setelah tato temporer dengan henna hitam, reaksi alergi pada henna murni sangat jarang terjadi. Penelitian epidemiologi pada alergi PPD telah dilaporkan meskipun ada kemungkinan variasi genetik pasien dimana didapat hasil 4,3% di Asia, 4% di Eropa, dan 6,2% di Amerika Utara.10
PPD adalah kontak sensitisitas yang sangat potensial berdasarkan laporan percobaan pada hewan dan manusia.7 Termasuk dalam standar seri eropa untuk alergi dengan uji patch testing. Untuk tujuan tato, henna diaplikasikan dengan pen pada kulit, ada cukup waktu pada manusia untuk mensensitisasi berkembangnya reaksi alergi kontak.3 Konsentrasi yang tidak diumumkan telah didemonstrasikan pada pewarna yang digunakan pada henna tato. Hal ini dapat berakibat pada aktivasi sensitisasi anak muda dengan sekuele dan konsekuensi jangka panjang.8
Sekuel jangka panjang lainnya setelah dermatitis kontak alergi akibat PPD pada tato henna termasuk diantaranya scar dan keloid, hiper dan hipopigmentasi khususnya pada anak. Alergen lainnya seperti komponen karet (thiuram) dan fragrance telah dilaporkan sebagai penyebab sensitisasi aktif atau dermatitis kontak alergi pada penggunaan tato henna.8
PPD dapat ditemukan pada konsentrasi hingga 15%, walaupun pada konsentrasi yang lebih rendah juga dapat menyebabkan sensitisasi. Tahun terakhir ini banyak laporan reaksi alergi dermatitis. Hal ini dapat menjadi refleksi dari perkembangan black henna tattoo. Penggunaan jangka panjang, kontak langsung dengan kulit dan konsentrasi tinggi PPD beresiko meningkatkan reaksi dermatitis kontak alergi. Factor lain yang juga berperan seperti proses auto-oksidatif dan aspek pharmakogenetik potensial seperti acetylator status.1 Efek jangka panjang dapat termasuk hiperpigmentasi, hipopigmentasi, hipertrichosis, atau keloid. Kontak dermatitis alergi disebabkan oleh henna hitam adalah diagnosis klinis. Wound swab berguna untuk membedakan alergi dari penyebab infektif. 5 Tipe hipersensitivitas lambat juga mengakibatkan toksisitas berat dengan insufficient renal akut dan nekrosis tubular.
Text Box: Gambar 1: Lesi hipopigmentasi 3 minggu setelah aplikasi black henna tattoo (Kind et al. 2013)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kind Fabiola et al. pada 7 pasien yang datang dengan kontak alergi atau memiliki episode dini dermatitis kontak alergi sebagai respon terhadap tato henna hitam, 5 pasien melaporkan periode laten antara kepekaan ketika mendapat tato dan perkembangan reaksi alergi setelah menggunakan cat pewarna sejenis adalah 6,2 tahun. Dan pada semua pasien menunjukan sensitisasi tipe lambat pada PPD.9 Pada anak-anak umur tertentu, black henna tattoo adalah sumber utama sesitisasi. Berbagai macam penelitian di Negara berbeda melaporkan peningkatan angka sensitisasi PPD. Sebuah study melaporkan di Denmark sejak 1989 secara signifikan meningkatnya frekuensi positif pada reaksi patch testing, khususnya setelah peningkatan konsentrasi tes dari 0,5 hingga 1 %.1
Pada sebuah laporan kasus di Spanyol tahun 2011, pasien mengemukakan dermatitis kontak disebabkan oleh reaksi alergi hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat) yang muncul setelah lama waktu 10 hari dari ekhibisi pertama dengan alergen. Reaksi ini berkembang 7-10 hari setelah antigen baru dikenalkan.2-4 Pada individu yang telah tersensitisasi sebelumnya reaksi muncul 24-48 jam.5 Reaksi dikembangkan dari resolusi lengkap luka permanen telah digambarkan sebagai hipo atau hiperpigmentasi. Kontak terdahulu dengan PPD menyebabkan sensibilisasi permanen pada cat, dengan batas-batas yang diandaikan pada orang yang terinfeksi.2-4Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan kejadian atopi. Reaksi imunologi tipe IV dimediasi terutama oleh limfosit yang tersensitisasi, dimana akan berakibat pada peradangan dan edema di kulit.11
Krasteva et al. menginvestigasi mekanisme aktivasi sel T pada sensitivitas kontak PPD. Hasil tes in vitro menunjukkan PPD bertindak sebagai prophaten yang ketika diaplikasikan pada kulit akan termetabolisasi dan diubah ke dalam produk seperti Bandrowski’s base yang secara immunogenik mampu mengaktifkan sel T spesifik. Secara umum diterima jika induksi dermatitis kontak alergi mengambil 7-10 hari ketika antigen baru dikenali. Masih belum diketahui mengenai reaksi PPD yang berkisar 3-4 hari yang pernah dilaporkan. Ada beberapa teori mengenai periode pendek sensitisasi ini. Teori pertama mengemukakan bahwa pasien telah tersensititas terhadap PPD sedangkan yang lainnya menjelaskan potensi PPD sebagai sensitizer.7 
Paparan PPD yang berulang telah menunjukkan sigifikansi yang lebih tinggi daripada hanya durasi paparan. Dengan tinta temporer, kontak dengan kulit akan menjadi lebih lama.  Peran paparan berulang yang mendatangkan reaksi PPD telah diteliti oleh White et al. mereka menginvestigasi apakah individu dapat lebih baik mentoleransi paparan pendek berulang dibandingkan dengan frekuensi paparan jarang dari magnitude yang lebih besar. Mereka menemukan komponen alergenik akumulasi PPD pada kulit. Dengan demikian paparan sebentar-sebentar pada konsentrasi rendah sama dengan paparan single pada konsentrasi tinggi.7
Dalam patofisiologinya, dermatitis kontak alergi dibagi menjadi 2 fase yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Fase sensitisasi dimulai ketika alergen mengalami kontak dengan kulit dan diambil oleh Sel Langerhans. Antigen akan terikat pada Human Leucocyte Antigen-DR (HLA-DR) dan kompleks pada permukaan sel Langerhans. Langerhans akan bergerak melalui limfatik menuju kelenjar regional tempat terdapatnya kompleks spesifik sel T dengan CD4-positif. HLA-DR akan berinteraksi dengan reseptor sel T tertentu (CTR) dan kompleks CD3. Langerhans juga mengeluarkan IL-1 yang ketika berinteraksi dengan antigen akan mengaktifkan sel T. Sel T mensekresi IL-2 dan menyebabkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel T spesifik yang berdedar ke seluruh tubuh dan kembali ke kulit.11
Fase elisitasi terjadi ketika seseorang telah mengalami sensitisasi antigen. Sel T primer atau memori antigen CTR spesifik meningkat dan beredar dalam pembuluh darah. Ketika antigen kontak pada kulit, antigen akan diproses dengan HLA-DR yang terdapat pada sel Langerhans. Kompleks akan dipresentasikan kepada sel T4 spesifik dalam kulit dan inilah awal dari proses elisitasi. Kompleks HLA-DR berinteraksi dengan kompleks CD3-TCR spesifik untuk mengaktifkan sel Langerhans dan sel T. Hal ini akan menginduksi sekresi IL-1 oleh sel Langerhans dan menghasilkan IL-2 dan produksi IL-2R oleh sel T. Maka terjadilah proliferasi sel T. Sel T yang teraktivasi akan mensekresi IL-3, IL-4, interferon-gamma, dan granulocyte macrophage colony-stimulating factor (GMCSF). Kemudian sitokin akan mengaktifkan sel Langerhans dan keratinosit. Keratinosit yang teraktivasi akan mensekresi IL-1, kemudian IL-1 mengaktifkan phospolipase. Hal ini memicu terlepasnya asam arakidonik untuk produksi prostaglandin (PG) dan leukotrin (LT). PG dan LT menginduksi aktivasi sel mast dan pelebaran pembuluh darah secara langsung sekaligus memicu pelepasan histamin yang melalui sel mast. Karena produk vasoaktif dan chemoattractant, sel-sel dan protein dilepaskan dari pembuluh darah. Keratinosit yangteraktivasi juga mengungkapkan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) dan HLA-DR, yang memungkinkan interaksi langsung dengan sel darah.
Keprihatinan meningkatnya jumlah individu yang menggunakan tato henna pada usia muda dianggap sebagai reaksi ancaman hidup yang terjadi pada anak dan konsekuensi di masa depan dengan paparan berlebih pada alergen potensial ini masih belum diketahui.7  Membangun diagnosis kontak dermatitis alergi dari henna hitam sangat penting karena anak mungkin saja menyisakan resiko bahaya dari paparan PPD selanjutnya. Walaupun kontak dermatitis alergi yang disebabkan oleh black henna tattoo dikenal baik dalam dermatologi dan alergi. Pada dokter umum kasus tidak terlalu terus terang didiagnosis.5
Secara khas pasien yang mengaplikasikan henna tato dapat menjadi peka terhadap PPD dan mengalami reaksi silang dengan senyawa para-amino lainnya seperti p-toluene diamine, aminophenols, antioksidan, dan anestesi lokal jenis ester seperti benzocaine.8
Prevalensi seumur hidup dari henna tato temporer menunjukkan 6% populasi umum di Danish. Namun jumlah yang lebih tinggi (24%) pada umur 18-24 tahun. Untuk mengurangi kejadian alergi PPD, cosmetic directive menetapkan tambahan PPD pada henna tato dilarang. Bagaimanapun juga banyak tato temporer didapat selama liburan di Negara tanpa adanya legislasi. Lebih jauh lagi, kepentingan ilegal tato henna yang mengandung PPD membuat regulasi sulit diimplementasikan seperti contoh di Bali.6 Di negara lain seperti Australia tidak memiliki aturan batasan. Di Amerika memasukan PPD ke dalam kosmetik adalah tindakan ilegal. Lebih penting lagi tinta tato temporer tanpa bahan yang tercantum pada label atau pengandung PPD ilegal di Amerika.7

2.3 Tes Penunjang Dermatitis Kontak Alergi
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dibahas dalam jurnal adalah patch testing (uji tempel) yang dianggap sebagai “standar baku”. Patch testing digunakan untuk mengkonfirmasi reaksi PPD dan identifikasi reaktifitas silang dengan pewarna lainnya. Patch testing telah menunjukkan kepekaan pasien setelah hanya 2-3 hari. Konsentrasi ppd yang direkomendasikan untuk patch testing adalah 1%, dimana konsentrasi pada tato mungkin lebih tinggi daripada ini. Kandungan PPD pada tinta tato bervariasi mulai 0,43%-15,7%.7
Uji tempel diadministrasikan dengan thin-layer radip-use epicutaneous (TRUE) atau dengan ruang aluminium (Finn) yang dipasang pada tape Scanpor. Zat uji diaplikasikan pada punggung atas. Tempelan dihapus setelah 48 jam atau lebih cepat, tergantung dari seberapa cepar reaksi gatal atau terbakar muncul. Area penempelan pada kulit harus dievaluasi pada hari ke-4 atau 5 karena reaksi positif mungkin tidak muncul sebelumnya.11
Beberapa pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan adalah Provocative use test dimana pemeriksaan ini biasa digunakan untuk menguji produk kosmetik pada kulit. Uji photopatch untuk mengevaluasi fotoalergi kontak. Tes in Vitro yang dapat digunakan pada manusia dan hewan, namun tes ini masih dikembangkan sampai dekade sekarang.11
Text Box: Gambar 2: Hasil patch test menunjukkkan reaksi 2+ pada semua bahan (kiri) reaksi negative pada henna murni (kanan) (Gunasti et al. 2010)Text Box: Gambar 3: Reaksi positif kuat pada PPD (Gunasti et al. 2010)                       


2.4 Gejala Dan Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi
Pada penelitian yang dilaporkan oleh Kind Fabiola et al. 2014. dimana terdapat kasus seorang anak berumur 10 tahun yang memiliki henna tato pada bagian lengan atasnya. Satu hari kemudian ia mengalami rasa terbakar pada area tato tanpa disertai lesi kulit. Ia tidak punya riwayat dermatitis kontak, alergi, atau kelainan lainnya.8 Sedangkan pada penelitian oleh Gunasti Suhan et al. dimana terdapat laporan kasus seorang laki-laki 22 tahun setelah mendapat henna tato selama 2 minggu ia merasa gatal, sedikit sakit, dan bulus, erupsi keloid pada bagian tato.9
Gambaran klinis dermatitis kontak alergi tergantung alergen penyebabnya dalam anamnesis pasien diperlukan untuk identifikasi waktu, lokalisasi, dan alergen sebelumnya. Pemeriksaan fisik bervariasi, pada sebagian besar kasus ditandai macula, papula eritema, vesikel, dan bulla. Pada dermatitis kontak alergi akut edema mendominasi daripada vesikel. Pada kasus kronis muncul dermatitis pecah-pecah, lichenifikasi, dengan atau tanpa papulovesikelisasi. Yang paling sering terlihat lichenoid dan eritema multiformis.11

2.5 Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari allergen.11 Pada beberapa kasus yang dipaparkan dalam jurnal, pasien dengan dermatitis kontak alergi belum pernah sebelumnya berinteraksi dengan henna tato sehingga reaksi yang mereka alami baru diketahui semenjak kontak pertama. Maka dari itu perlunya pembekalan mengenai bahan-bahan yang mengandung allergen pada pasien. Selain itu, induksi ambang batas pada produk-produk potensial harus diawasi ketat sehubungan dengan diumumkannya regulasi mengenai zat berbahaya seperti PPD.
Penatalaksaan dermatitis kontak alergi akibat tato bervariasi tergantung pada tanda klinis yang muncul. Bahan pengering seperti aluminium sulfat topikal, kalsium asetat bermanfaat untuk vesikel akut dan erupsi yang basah, sedangkan erupsi likenifikasi paling baik ditangani dengan emolien. Pruritus dapat dikontrol dengan antipruritus topikal atau antihistamin oral, antihistamin topikal atau anestesi sebaiknya dihindari karena risiko merangsang alergi sekunder pada kulit yang sudah mengalami dermatitis. Pengobatan dengan fisikokimia yang mengurangi respon juga mungkin diperlukan. Glukokortikoid, macrolaktam, dan radiasi ultraviolet yang paling banyak digunakan.11

BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis kontak pada tato temporer dengan PPD dapat berakhir pada inflamasi dermatologi yang serius dan terbentuknya bekas luka atau parut. Secara karakteristik, inflamasi berubah mengikuti bentuk tato. Bagaimanapun juga, reaksi hipersensitivitas dapat berakhir pada bekas luka yang permanen, terbentuknya keloid, dan perubahan pigmen setelah inflamasi. Hipopigmentasi pada setelah inflamasi lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa yang menggunakan henna tato. Sebagai tambahan, ada kemungkinan pada pasien yang tersensitisasi PPD untuk tidak memiliki toleransi alergi selanjutnya.
Produk yang berpotensi mengandung senyawa PPD selain black henna tattoo adalah produk dengan pewarna hitam yang pekat dan tahan lama seperti cat rambut, tekstil, dan tinta. Para praktisi kesehatan harus waspada terhadap reaksi hipersensitivitas pada pemakai henna tato. Oknum yang bersangkutan harus mengajukan regulasi terhadap penggunaan senyawa berbahaya. Perlunya informasi ke publik mengenai tato temporer yang mengandung PPD, para orang tua harus mencegah anak-anak mereka untuk menggunakan tato khususnya pada daerah-daerah yang kini masih belum mempunya undang-undang terkait bahan berbahaya seperti PPD.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Kind F, Scherer K, Bircher AJ. Irritant contact dermatitis from black henna tattoo without sensitization to para-phenylenediamine. 2013 May 20;131(6):1974-1976
2.      Arranz J, Llabers C, Bennassar A. Contact dermatitis after temporary tattoo at Sharm El Sheik. J Travel Med. 2011;18:67-69
3.      Jovanovic DL, Jovanovic MRS. Allergic contact dermatitis from temporary henna tattoo. J Dermatology. 2009; 36:63-65
4.      Uzuner N, Olmez D, Babayigit A, Vayvada O. Contact dermatitis with henna tattoo. Indian Ped. 2009 May 17;46:423-24
5.      Ip N, Hoddes J. Henna tattoo: Infection or allergy?:Lancet. 2014 Apr 19;383:1436
6.      Hald M, Menne T, Johansen JD, Zachariae C. Severe occupational contact dermatitis caused by black rubber as a consequence of p-phenylenediamine allergy resulting from a temporary henna tattoo. Contact Derm. 2013;68:376-83
7.      Hansen D, Voutsalath M. Contact dermatitis from a presumed allergy to paraphenylenediamine. J Cosmetic Derm. 2009;8: 308-11
8.      Gunasti S, Aksungur VL. Severe inflammatory and keloidal, allergic reaction due to para-phenylenediamine in temporary tattoos. Indian J Dermatol Venerol Leprol. 2010 March ;76(2):165-66
9.      Kind F, Scherer K, Bircher AJ. Contact dermatitis to para-phenylenediamine in hair dye following sensitization to black henna tattoos – an ongoing problem. J German. 2011 Nov 12; 10:572-77
10.  Ong GYK. Temporary tattoo associated type IV delayed hypersensitivity dermatitis in a child – A case report and call for parental caution in Singapore. 2010 Sep;39(9):739
11.  Tersinanda TY. Dermatitis kontak alergi. 2013. (Diakses Agustus 2014) Diunduh dari: ojs.unud.ac.id
12.  Sangiuliano S, Ruocco E. Tattoo-like contact dermatitis. International J Derm. 2011;50:628-39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar