Senin, 08 Juni 2015

Etiologi Perilaku Psikopatik

Ini adalah salah satu student project kelompokku tentang Etiologi Perilaku psikopatik, semoga membantu ^_^
BAB I
PENDAHULUAN
Di antara semua gangguan kepribadian antisosial, psikopatik merupakan salah satu gangguan kepribadian yang dapat mendasari tindakan kejahatan serius. Menurut Hare (2006) psikopatik adalah kepribadian yang ditandai dengan daya tarik dan emosi yang dangkal, kurangnya rasa empati dan perasaan bersalah, kurangnya memberikan respon terhadap suatu impuls, penuh dengan kebohongan, dan memiliki sifat antisosial yang menetap. Psikopat kurang memiliki hati nurani dan perasaan terhadap orang lain. Mereka mengambil apa yang mereka inginkan dan melakukan apa yang mereka harapkan, melanggar norma sosial dan berekspektasi terhadap sesuatu tanpa adanya rasa menyesal atau bersalah.1

Psikopat dapat berasal dari segala lapisan masyarakat tidak memandang kelas sosial, ekonomi dan pendidikan. Perilaku dissocial mereka seperti narsistik, unemotional, impulsif dan kompulsif sangat mudah dilihat. Psikopat memiliki pertahanan diri yang baik dan biasanya melimpahkan segala kesalahan yang mereka buat ke orang lain.2 Porter (1996) menyatakan bahwa psikopatik dibagi menjadi psikopatik primer dan sekunder. Psikopatik primer terjadi akibat adanya defisit kongenital sedangkan psikopatik sekunder terjadi akibat pelepasan emosi yang merupakan hasil dari trauma masa kecil dan gangguan afek yang didapat. Sementara itu Blackburn et.al (2009) membagi psikopatik menjadi dua subtipe yakni psikopatik sekunder dan psikopatik yang terhalang, di mana keduanya berkaitan dengan tingkat kecemasan dan penolakan yang tinggi.3
Angka kejadian psikopat sekitar 1-2% dari seluruh populasi manusia, namun mereka turut berkontribusi terhadap 30% tindak kejahatan.1 Banyak faktor yang dicurigai dapat menyebabkan kepribadian psikopatik, di antaranya faktor trauma masa kecil, adanya gangguan neurofisiologi, faktor sosial dan pola asuh orang tua. Banyaknya faktor yang menyebabkan munculnya kepribadian psikopatik melatarbelakangi  penulis untuk melakukan clinical review mengenai etiologi gangguan psikopat secara lebih spesifik.
BAB II
ISI
2.1  Definisi Kepribadian Psikopatik
Menurut Hare (2006) psikopatik adalah kepribadian yang ditandai dengan daya tarik dan emosi yang dangkal, kurangnya rasa empati dan perasaan bersalah, kurangnya memberikan respon terhadap suatu impuls, penuh dengan kebohongan, dan memiliki sifat antisosial yang menetap. Psikopat kurang memiliki hati nurani dan perasaan terhadap orang lain. Mereka mengambil apa yang mereka inginkan dan melakukan apa yang mereka harapkan, melanggar norma sosial dan berekspektasi terhadap sesuatu tanpa adanya rasa menyesal atau bersalah.1
Gangguan kepribadian psikopatik sering disamakan dengan istilah Gangguan Kepribadian Antisosial (Antisocial Personality Disorder). Kepribadian antisosial adalah ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial yang biasanya berpengaruh pada banyak aspek keremajaan seseorang dan perilaku dewasa. Walaupun dikarakteristikan oleh perilaku antisosial yang berkelanjutan atau perilaku kriminal, gangguan ini tidak bermakna sama dengan kriminalitas.4

2.2  Kriteria Diagnosis Kepribadian Psikopatik
2.2.1 The Hare Psychopathy Checklist (PCL)
Walaupun terdapat beberapa perdebatan mengenai cara mendiagnosis dan mengklasifikasikan psikopatologi pada kepribadian psikopatik, Hare Psychopathy Checklist (PCL) akhirnya paling banyak digunakan, termasuk untuk para individu yang berada di penjara ataupun rumah sakit jiwa. Analisis PCL ini mengukur dan mengidentifikasi empat area yang saling berhubungan yakni interpersonal, afektif, gaya hidup, dan antisosial. Hare Psychopathy Checklist-Revised terdiri dari 20 pertanyaan yang memiliki bobot nilai 0 sampai 2. Nilai total mengindikasikan derajat psikopatik seseorang, di mana nilai > 30 memerlukan tes diagnosis manual lainnya.5
Checklist dalam bentuk skining (PCL-SV) kemudian dikembangkan oleh MacArthur sebagai alat skrining untuk psikopatik dan terdiri dari 12 item PCL-R yang tidak mengandalkan pengetahuan untuk penilaian. Total nilai > 20 mengindikasikan bahwa seseorang memiliki kepribadian psikopatik Bentuk lain checklist ini adalah PCL-YV yang digunakan sebagai skrining pada remaja. Checklist ini juga terdiri dari 20 pertanyaan, namun tidak memiliki nilai batasan untuk mendiagnosis, karena gangguan kepribadian tidak dapat dipercaya bila terdiagnosis pada masa remaja.5
2.2.2 Menurut PPDGJ III
F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial
Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai oleh:6
a)      bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain;
b)      sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan, dan kewajiban sosial.
c)      tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya.
d)     toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan amabang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan;
e)      tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman;
f)       sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat.
·         Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.

2.2.3 Menurut DSM-5
301.7        Gangguan Kepribadian Antisosial (Antisocial Personality Disorder)
A.    Pola Pervasif dari sikap tidak dipedulikan dan kekerasan hak orang lain, terjadi sejak usia 15 tahun dan diindikasikan oleh 3 atau lebih dari kriteria berikut ini :7
1)      Gagal untuk menyesuaikan diri pada norma sosial dengan kepedulian pada perilaku taat hukum, diindikasikan oleh berulangnya melakukan sesuatu yang berakhir pada penahanan.
2)      Kebohongan, diindikasikan oleh kebohongan yang berulang, penggunaan nama lain (alias) menipu orang lain untuk kepentingan pribadi ataupun kesenangan.
3)      Impulsivitas atau gagal untuk merencanakan sesuatu kedepan.
4)      Iritabilitas dan agresif, diindikasikan oleh perkelahian dan penyerangan yang berulang.
5)      Tidak peduli pada keamanan diri sendiri ataupun orang lain
6)      Tidak bertanggungjawab, diindikasikan oleh kesalahan yang berulang pada pekerjaan atau kewajiban financial.
7)      Kurangnya rasa menyesal diindikasikan oleh kelalaian atau rasionalisasi untukmenyakiti, menganiaya atau mencuri dari orang lain
B.     Individu paling tidak berusia 18 tahun
C.     Ada bukti gangguang tingkah laku, dengan onset sebelum usia 15 tahun
D.    Kejadian dari perilaku antisosial tidak semata-mata selama gejala dari Skizoprenia tau Bipolar

2.3  Etiologi Kepribadian Psikopatik
2.3.1 Hubungan Kepribadian Psikopatik dengan Riwayat Trauma Masa
Kecil
Seseorang dapat menderita psikopat salah satunya karena faktor trauma masa kecil.3,8 Seseorang bisa berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk sebab ada hal pemicu dari perubahan yang mereka lakukan, seperti pengalaman buruk dimasa lalu dan siksaan secara emosional oleh anggota keluarganya.3 Orang dengan kepribadian psikopatik memiliki latar belakang masa kecil yang tak memberi peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. Anak-anak salah asuh ini akan tumbuh menjadi orang-orang yang tak bisa berempati dan tak memiliki kata hati. Apabila seseorang memiliki trauma seperti kekerasan fisik atau mengalami pelecahan maka seseorang itu akan tumbuh dengan penuh kebencian bukan dengan rasa cinta dan hormat.8
Kasus pelecehan seksual, kekerasan pada anak akan berpeluang menjadikan anak tersebut sebagai pelaku kejahatan seksual dan kekerasan di masa depan. Hal ini merupakan tanda perkembangan dari pelaku psikopatik.9 Setelah seseorang mengalami penyiksaan pada masa kecil maka pada saat dewasa seseorang akan melakukan penyiksaan pada orang lain sebagai cara untuk membalas dendam. Orang dengan psikopatik merasakan kenikmatan dengan cara menyiksa bahkan membunuh korbannya. Craparo, et al (2013) menjelaskan bahwa orang yang mengalami kekerasan atau trauma masa kecil pada usia kurang dari 10 tahun, yaitu saat tamat sekolah dasar akan mengalami gangguan psikopatik yang berat.3
2.3.2 Hubungan Kepribadian Psikopatik dengan Neurofisiologi
Kemajuan pada neuroimaging otak akhir-akhir ini mendukung teori mengenai psikopatik yang dipengaruhi oleh disfungsi fisiologi dan anatomi otak. Indikasi adanya malfungsi otak menjadi dasar dari kelainan perilaku mereka, dalam kata lain mereka dapat disebut sebagai seseorang yang “sakit”. Temuan neuroimaging dapat menjelaskan mengenai perilaku mereka. Defisit dari perfusi glukosa dalam sistem limbik fronto-temporal pada Positron Emitted Tomography (PET) dan functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) mengungkap materi abu yang tipis, khususnya pada lobus fronto-temporal. Fungsi dari lobus frontal adalah untuk membatasi laju impuls. Dengan demikian seorang psikopat terlihat memiliki otak yang defektif yang mungkin menjadi penyebab perilaku impulsif dan kompulsif mereka. Bagian lain dari otak juga berpengaruh pada perilaku antisosial dan struktur yang biasanya saling terhubung seperti amigdala, hippocampus, gyrus superior temporal dan korteks cingulate anterior. Disfungsi bagian-bagian ini memajukan dan menunjang perilaku antisosial dan psikopatik.2
Psikopat menunjukan suatu defisit pada rasa takut dan sedih di mana secara bersamaan bisa berkontribusi kuat pada perilaku antisosial. Amigdala merupakan satu komponen kunci sirkuit neural yang memediasi proses di atas. Secara neuroimaging penelitian telah mengungkap bahwa psikopat kriminal memiliki penurunan reaktivitas amigdala selama kondisi takut. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa disfungsi amigdala relatif nyata dalam perkembangan dan dapat berkontribusi pada perkembangan psikopatik pada orang dewasa.1 Antisosial merupakan gangguan moral brain yang sangat dikaitkan dengan kelainan psikopat. Area yang mengalami disfungsi adalah amigdala, bagian sistem limbik yang berperan dalam pembelajaran emosi, aversive conditioning, respon terhadap rasa takut dan emosi lain. Amigdala mengolah emosi signifikan dari rangsangan eksternal, berinteraksi dengan hippocampus (tempat menyimpan memori emosi) dan  berinteraksi dengan fungsi kognitif korteks orbito-frontal dalam merespon suatu rangsangan. Amigdala memungkinkan individu untuk belajar sesuatu (object) atau perilaku yang baik dan buruk, sehingga sangat berperan dalam pengambilan keputusan secara moral. Hal ini karena amigdala mempunyai hubungan timbal balik (reciprocal) dengan korteks temporal. Oleh sebab itu individu antisosial dengan gangguan pada amigdala akan sulit untuk bersosialisasi.10
Selain amigdala, ventromedial prefrontal cortex (vmPFC) juga berperan dalam perkembangan dan pengambilan keputusan secara moral serta mempertahankan perilaku sosial yang dapat diterima. Informasi yang dihasilkan amigdala tidak hanya dikirim ke temporal dan korteks visual namun dikirim juga ke vmPFC dan korteks orbito-frontal. Korteks orbito-frontal berperan dalam mengontrol emosi dan menilai penguatan positif ataupun negatif. Hipoaktifitas dari amigdala dan korteks orbito-frontal, seperti juga disfungsi vmPFC menunjukkan kepribadian yang keras kepala dan tidak berperasaan. Peranan serotonin, kortisol dan testosteron dalam perilaku agresi dan antisosial telah dibuktikan. Fungsi kortisol secara fisiologis mempersiapkan individu untuk kondisi yang sulit, membuat individu sensitif terhadap rasa takut dan melakukan penarikan diri yang tepat.11
Neuman dan Hare mengindikasikan perilaku psikopatik bervariasi secara kontinu melalui 4 segi yaitu interpersonal, afektif, gaya hidup, dan antisosial. Carre memprediksi bahwa segi interpersonal dan afektif pada psikopatik berhubungan dengan penurunan reaktivitas amigdala pada ekspresi wajah takut. Pada penelitian Fisher  et al. proses perceptual pada baik ekspresi wajah takut ataupun marah diperoleh reaktivitas amigdala ventral dan bilateral dorsal yang kuat. Penelitian lain mengindikasikan perbedaan individu pada faktor impulsif antisosial pada psikopatik secara positif berkorelasi dengan reaktivitas ventral striatum pada antisipasi monetary reward.1
Pada psikopat dewasa ada bukti yang disamakan untuk neurokognitif dan pengolahan defisit afektif-emosional dalam psikopat yang diiringi dengan kelainan otak struktural dan fungsional. Pada keseimbangannya,  meskipun di beberapa daerah studi terbatas, temuan paling konsisten hingga saat ini adalah abnormalitas struktural dan fungsional pada amigdala dan orbito-frontal-ventromedial PFC, perhatian menyimpang, bahasa dan fungsi eksekutif, berkurangnya aktifitas otonom dan respon terhadap rangsangan stimulus dan mengurangnya tingkat kortisol dalam psikopat.10
2.3.3 Hubungan Kepribadian Psikopatik dengan Pola Asuh Orang Tua
Dalam penelitian yang diulas oleh Haapasalo dan Pokela (1999) dijelaskan bahwa pola asuh keras atau hukuman yang disiplin (melibatkan hukuman fisik), diprediksi menyebabkan terjadinya pelanggaran/pemberontakan oleh anak setelah dewasa. Penelitian tahun 1989 di Nottingham yang melibatkan hampir 700 anak menemukan bahwa hukuman fisik pada umur 7 dan 11 tahun diprediksi akan menimbulkan perubahan kepribadian (later conviction). Sekitar 40% dari pelanggar dipukuli pada umur 11 tahun. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan antara prilaku antisosial dan pola asuh orang tua yang suka menghukum.9
McCord (1964) menyimpulkan bahwa penolakan orang tua merupakan faktor kritik yang paling berpengaruh pada faktor psikopatik, mungkin karena fasilitas lingkungan yang dingin, unemotional, terpisah, kepribadian yang tanpa perasaan.Hubungan antara sikap orang tua dan anak dengan prilaku antisosial menekankan pentingnya karakteristik pola asuh orang tua dalam lingkungan anak-anak yang berprilaku antisosial. Pola asuh yang tidak konsisten dan keras berhubungan dengan kejahatan, perilaku agresif, dan perilaku yang bermasalah. Pada parent effects model,gaya pola asuh orang tua yang negatif dipercaya mempengaruhi perilaku antisosial anak-anak.9
Penelitian lain yang menggunakan desain retrospektif menunjukan bahwa tahanan laki-laki yang psikopatik mempunyai masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan daripada tahanan yang tidak psikopatik. Penelitian yang lebih baru menggunakan desain prospektif melaporkan bahwa ikatan pola asuh orang tua yang rendah dan kekerasan fisik masa kanak-kanak pada umur 3 tahun berhubungan dengan kepribadian psikopatik pada umur 28 tahun.12
2.3.4 Hubungan Kepribadian Psikopatik dengan Genetik
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor genetik berhubungan erat dengan kasus psikopat yang terjadi di kalangan masyarakat. Perilaku callous unemotional (perilaku tidak berperasaan) serta perilaku antisosial yang dimiliki seseorang pada masa kecilnya berperan penting dalam perkembangan sifat psikopatik pada orang tersebut sesudah dewasa. Kedua perilaku ini sangat berkaitan erat dengan faktor genetik, di mana genetik berpengaruh sangat kuat terhadap perkembangan perilaku callous unemotional, sedangkan pada perilaku antisosial dengan perilaku callous unemotional yang rendah cukup dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.1
Penelitian mengenai gen molekuler telah muncul untuk menunjukkan adanya hubungan antara genetik dengan psikopatik, sebagai contoh penelitian terhadap short allele of the serotonin transporter linked polymorphic region gene (5-HTTLPRs). Soderstrom et.al (2003) adalah yang pertama menguji hubungan metabolit serotonin dengan ciri-ciri psikopat pada pelaku kekerasan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa psikopat dengan ciri-ciri positif memiliki keterkaitan terhadap  metabolit serotonin (5-HIAA) sedangkan psikopat dengan ciri-ciri negatif memiliki keterkaitan terhadap metabolit dopamine (HVA). Hal tersebut menunjukkan adanya gangguan regulasi serotonin pada psikopatdan hasil penelitian ini telah menjadi bukti bahwa adanya peranan serotonergik pada interpersonal, afek, serta gaya hidup impulsif penderita psikopat.13
Penelitian di tingkat meta-analisis masih menimbulkan pro dan kontra, di mana Risch et.al (2009) yang melakukan analisis terhadap 14 penelitian melaporkan bahwa tidak ada efek dari serotonin transporter protein (5-HTT) genotipe terhadap risiko depresi dalam konteks peristiwa kehidupan yang penuh stress. Karg et.al (2011) melakukan analisis terhadap 54 penelitian dan menemukan bukti  hubungan antara 5-HTT alel pendekdan risiko depresi.14,15
Bukti tentang adanya hubungan 5-HTT diperkuat melalui penelitian yang dilakukan oleh Essi Viding dan Eamon (2012) menyebutkan bahwa pada remaja dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ditemukan  keterkaitan antara disfungsi emosional perilaku callous unemotional dengan gen 5-HTTLPRs, valine allele of the cathechol-O-methyltransferase gene (COMT), dan juga low activity allele of the monoamine oxidase A gene (MAOA-L). Genotipe MAOA-L juga berhubungan dengan adanya pola emosi hiperreaktif pada otak yang biasanya ditemukan pada otak penderita psikopat.16
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sadeh et al menyebutkan bahwa MAO-A memiliki interaksi dengan manifestasi perilaku AB dan agresif pada psikopat. Neuroimaging menunjukkan bahwa MAOA-L berasosiasi terhadap aktivitas berlebihan yang terjadi pada otak, termasuk regulasi pada amigdala, yang memungkinkan nantinya pembawa gen ini akan lebih rentan terhadap efek stress dari lingkungan.13

2.3.5 Hubungan Kepribadian Psikopatik dengan Faktor Sosial dan
Lingkungan
Faktor sosial/lingkungan yang paling menentukan pembentukan karakter individu adalah ketika individu tumbuh dalam keluarganya. Munculnya beberapa permasalahan dalam keluarga seperti tidak diajarkannya anak untuk memiliki kemampuan sosial (empati, memahami orang lain, dll.) perceraian orang tua, dan kekerasan pada anak dapat mendorong munculnya pribadi psikopat.LaBrode (2007) mengungkapkan kasus para pembunuh berantai yang ternyata pada masa kecilnya mengalami kejadian-kejadian tidak menyenangkan dan cenderung traumatis. Para pembunuh berantai ini memiliki sejarah antara lain kekerasan fisik dan seksual pada masa kanak-kanak dan kehilangan pengasuh dan kelekatan sehat dengan orang tua terutama ibu.17
Meskipun Hare (1970) menekankan faktor biologi dalam psikopatik, namun penelitian saat ini melanjutkan trentersebut serta mengindikasikan memiliki orang tua antisosial atau psikopatik, disiplin orang tua yang inkonsisten, perpisahan orang tua juga dapat menyebabkan perkembangan psikopatik (dalam intreraksi dengan predisposisi genetik). Penelitian lain juga menyebutkan potensi penting dalam peran orang tua. Beberapa penelitian kontemporer menyebutkan faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi lebih jauh perkembangan kepribadian psikopatik.9

2.4  Penatalaksanaan Gangguan Kepribadian Psikopatik
Pasien dengan kepribadian antisosial akan memiliki motivasi untuk sembuh pasien bila mereka merasa berada dalam lingkungan yang sebaya atau sederajat. Alasan itulah yang membuat terapi menggunakan self-help group akan menghasilkan perbaikan yang lebih baik dibandingkan bila seseorang itu dikurung.4
Pengobatan secara farmakologi digunakan untuk mengatasi gejala seperti cemas, mengamuk, dan depresi. Jika pasien menunjukkan gejala lain seperti hiperaktifitas, psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin) dapat digunakan. Obat golongan β-Adrenergic dapat diberikan untuk mengurangi agresifitas pasien.4
BAB III
DISKUSI
Berdasarkan pemaparan isi di atas, kita mengetahui banyaknya faktor yang menjadi penyebab munculnya perilaku psikopatik. Secara umum faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi perkembangan neurofisiologi dan genetik, sedangkan faktor eksternal meliputi trauma masa kecil, pola asuh orang tua, dan lingkungan. Gejala psikopatik dapat muncul dengan adanya satu atau disertai kombinasi dengan faktor lainnya.
Belum ada data yang menjelaskan secara langsung faktor mana yang paling dominan menyebabkan gangguan psikopatik ini. Menurut telaah dari berbagai jurnal, semua faktor ini saling mempengaruhi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Psikopat tidak semata-mata hanya disebabkan oleh salah satu faktor saja.Seperti pada penelitian Essi dan Eamon (2012) orang yang terdeteksi mewarisi gen MAOA-L, yaitu gen yang dikaitkan dengan perilaku agresif dan antisosial, ternyata teridentifikasi memiliki limbik sistem yang lebih kecil sehingga orang tersebut memiliki gangguan dalam pengontrolan emosi, perilaku dan memori jangka panjang.16
Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara pengaruh trauma masa kecil dan pola asuh orang tua terhadap kepribadian psikopatik pada anak. Menurut Lang et.al (2002) orang dengan kepribadian psikopatik yang tinggi mengalami pengabaian dan/atau kekerasan dibandingkan orang dengan kepribadian psikopatik rendah. Sedangkan penelitian baru yang dilakukan oleh Gao et.al (2010) menggunakan desain penelitian prospektif melaporkan bahwa ikatan orang tua yang tidak baik (kurangnya kasih sayang ibu dan rendahnya perlindungan dari orang tua) dan pelecehan fisik pada anak pada umur 3 tahun berkaitan dengan kepribadian psikopatik pada umur 28 tahun. Kebanyakan penelitian sebelumnya menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara pola asuh orang tua dan kepribadian psikopatik. Namun ada juga bukti di mana anak dengan kepribadian psikopatik tidak dipengaruhi oleh gaya pola asuh orang tua yang diterimanya. Sebagai contoh sebuah penelitan yang dilakukan oleh Vitacco (2003) pada 136 wanita Hispanic menemukan gaya pola asuh orang tua tidak berhubungan dengan tingginya perilaku psikopatik, termasuk sifat tidak berperasaan. Sehingga dapat disimpulkan jika perilaku ini memiliki jalur perkembangan yang unik dan tidak berkaitan dengan gaya pola asuh orang tua atau kualitas dari pola asuh.12
Munculnya beberapa permasalahan dalam lingkungan keluarga seperti tidak diajarkannya anak untuk memiliki kemampuan sosial (empati, memahami orang lain, dll.) perceraian orang tua, dan kekerasan pada anak juga dapat mendorong munculnya pribadi psikopat.
Dari berbagai penjelasan di atas, kepribadian psikopatik tidak dapat dititik beratkan hanya pada salah satu penyebab karena dalam perkembangannya seseorang yang mengalami kepribadian psikopatik dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan baik internal maupun eksternal. Setelah melakukan telaah dari berbagai jurnal, kami menyimpulkan bahwa faktor penyebab gangguan psikopatik tidak dapat berdiri sendiri. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak didominasi oleh hanya satu faktor.




BAB IV
SIMPULAN
Psikopatik adalah kepribadian yang ditandai dengan daya tarik dan emosi yang dangkal, kurangnya rasa empati dan perasaan bersalah, kurangnya memberikan respon terhadap suatu impuls, penuh dengan kebohongan, dan memiliki sifat antisosial yang menetap. Psikopat dapat berasal dari segala lapisan masyarakat tidak memandang kelas sosial, ekonomi dan pendidikan. Untuk melakukan penegakan diagnosis terhadap penderita psikopatik kita dapat menggunakan Hare Psychopathy Checklist (PCL), PPDGJ III, dan DSM-5.
Perilaku psikopatik disebabkan oleh multifactor yang dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi perkembangan neurofisiologi dan genetik, sedangkan faktor eksternal meliputi trauma masa kecil, pola asuh orang tua, dan lingkungan. Gejala psikopatik dapat muncul dengan adanya satu atau disertai kombinasi dengan faktor lainnya.
Trauma yang dialami seseorang pada masa kecil akan menyebabkan emosi anak tidak berkembang secara optimal dan cenderung akan melakukan hal yang sama kepada orang lain sebagai cara untuk balas dendam. Dilihat dari sisi neurofisiologi, adanya kerusakan pada otak turut berkontribusi terhadap munculnya gejala psikopat.
Gen short allele of the serotonin transporter linked polymorphic region gene (5-HTTLPRs) diduga berkaitan dengan munculnya perilaku psikopat, namun penelitian terhadap gen ini masih menimbulkan pro dan kontra.Munculnya beberapa permasalahan dalam lingkungan keluarga seperti tidak diajarkannya anak untuk memiliki kemampuan sosial, perceraian orang tua, dan kekerasan pada anak juga dapat mendorong munculnya pribadi psikopat.
Penatalaksaan yang dapat diberikan pada orang dengan kepribadian antisosial dapat berupa psikoterapi menggunakan self-help group maupun menggunakan terapi farmakologi untuk mengatasi gejala lain seperti mengamuk, cemas, dan depresi.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Carre JM, Hyde LW, Neumann NS, et.al. The neural signatures of distinct psychopathic traits. Social Neuroscience 2013; 8(2):122-35.
2.      Palermo GB. Severe antisocial personality disordered and psychopathic offenders: should they be allowed to enter an insanity plea?.International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology 2014; 58(12):1412-14.
3.      Craparo G, Schimmenti A, Caretti. Traumatic experiences in childhood and psychopathy : a studyon a sample of violent offenders from Italy. European Journal of Psychotraumatology 2013; 4.
4.      Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry. 11th ed. 2015.
5.      Brook M. The role of psychopathic and antisocial personality traits in violence risk assessment: implications for forensic practice. Psychiatr Ann 2015; 45(4):175-80.
6.      Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan kedua.Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya 2013.
7.      American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 5th ed. 2013.
8.      Sadhu J. Childhood precursors to psychopathy. Psychiatric Annals 2015; 45(4):181-85.
9.      Farrington DP, Ullrich S, Salekin RT. Environtmental influence on child and adolenscent psychopathy. Handbook of Child and Adolescent Psychopathy2010.
10.  Gao Y, Glenn AL, Schug RA, Yang Y, Raine A. The Neurobiology of Psychopathy: A Neurodevelopmental perspective. Canadian Journal of Psychiatry2009; 54(12). 813-832.
11.  Sagojo I, Budiyono DA. Kepribadian antisosial : Fokus pada White-collar crime. SMF Psikiatri FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2012.
12.  Tuvblad C, Bezdjian S, Raine A, et.al. Psychopatic personality and negative parent-to-child affect : a longitudinal cross-log twin study. Journal of Criminal Justice 2013; 41(5):331-41.
13.  Sadeh N, Javdani S, Verona L. Analysis of monoaminergic genes, childhood abuse, and dimensions of psychopathy. Journal of Abnormal Psychology 2013; 122(1):167-79.
14.  Karg K, Burmeister M, Shedden, K, et.al. The serotonin transporter promoter variant (5-HTTLPR), stress, and depression metaanalysis revisited: Evidence of genetic moderation. Archives of General Psychiatry 2011; 68:444-54.
15.  Risch N, Herrell R, Lehner T, et.al. Interaction between the serotonin transporter gene (5-HTTLPR), stressful life events, and risk of depression: A meta-analysis. Journal of the American Medical Association 2009; 301:2462-71.
16.  Essi V, Eamon JM. Genetic and neurocognitive contribution to the development of psychopathy. Development and Psychopathology2012; 24: 969-83.
17.  LaBrode RT. Etiology of the psychopathic serial killer: an analysisn of antisocial personality disorder, psychopathy, and serial killer personality and crime scene characteristic.Oxford Journal 2007.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar