Cerpen roamtis, datu true storynya temenku
i hope you like this
thanks for read...^^
ini adalah kisah
seorang temanku:
Surat Dalam Kotak Biru
hari yang melelahkan sepulang sekolah,
aku tertidur dikamarku sambil mendengarkan musik, tiba-tiba hp ku berbunyi, “tid”,
kamu
Lina kan?
Ada
sebuah nomor tak dikenal mengirim sms padaku, akupun membalas sms itu, ternyata
dia adalah Leo, teman satu lesku, aku les disebuah lembaga, dan aku juga
sekelas dengannya, semenjak itu ia selalu sms aku, setiap hari ia menanyakan
keadaanku, aku pun merasa dekat dengannya, setiap pulang les, aku selalu ditunggunya
dan kami pun pulang bersama, dia menjadi teman curhatku, setiap masalah sekolah
aku ceritaka padanya,dia adalah sahabatku.
Hari
ini aku les seperti biasa, jam setengah tujuh sore sampai jam delapan malam,
aku terlambat dan sangat terburu-buru, saat aku masuk ke kelas, semua
menyorakiku, kata mereka aku pacarnya Leo, aku jadi agak malu, apalagi terhadap
Andi, cowo cerdas yang selalu duduk di depan dan jawab soal-soal yang diberi
guru, dia memang menarik bagiku.
Sampai
dirumah, aku sangat lelah, Leo mengirim sms padaku, ia minta maaf atas kejadian
tadi, katanya teman-teman melihat inbox di hp nya, aku pun memaafkannya, lalu
ia mengirim sebuah puisi padaku, setelah aku katakan aku akan tidur karena ini
sudah hampir jam sebelas malam,
“
aku tak tahu seberapa lama telah aku pendam,
Perasaan
yang kuanggap lebih dari sekedar teman,
Aku
hanya ingin kau tahu,
Ada
sedikit hal kecil yang berbeda,
Semoga
kau menghargaiku,
Karena
kau adalah emas dihatiku,
Yang
takkan pernah kurelakan pergi,
Semoga
kau mengerti,
Selamat
tidur,
Hahahahahahahaha”
Aku
merasa sedikit terhibur, memang selama ini Leo seperti menunjukan hal yang
berbeda denganku, tapi aku hanya ingin memiliki dia dan menyayanginya sebagai
temanku.
Disekolah
hari ini, teman-temanku membicarakan Leo, darimana mereka tau, lalu Andre
berkata padaku, “Leo mu ngajakin perang di facebook, Lin. Haha”, hah! Ternyata
Andre mengajak Leo chatting di FB, apa aja sih yang dia bilang, aku kasihan
sama Leo, dia memang sering coment setiap statusku, dan mengirim pesan ke dindingku
di FB, pulang sekolah aku berniat menanyai Leo, karena aku tak ingin membuatnya
sakit hati, ternyata, dia sudah lebih dulu sms aku, dia yang menanyaiku, siapa
itu Andre, dan kenapa dia seperti iri dengan Leo, aku pun meminta maaf pada Leo
atas Andre, dia memang suka membuat masalah.
Sudah
dua bulan lebih aku dan Leo sedekat ini, ia sering menanyaiku apakah aku
menganggapnya lebih dari sekedar sahabat, bahkan kakaknya mengira bahwa aku dan
Leo sudah jadian. Andi pun sering memperhatikanku, ia selalu terlihat kesal
jika teman-teman mengejek aku dan Leo.
Hari
ini seperti biasa, Leo sms aku, entah mengapa, lama-kelamaan aku merasa Leo
terlalu perhatian padaku, kami seperti bukan sahabat, melainkan pacar, aku
tidak menyukai itu, karena aku tak ada rasa apa-apa dengannya, aku pun
memarahinya dan meminta tolong, karena aku tak ingin menganggapnya lebih dari
sahabat baikku, tapi Leo seperti tak mengertikan maksudku, aku pun marah
padanya, kontaknya di hp ku aku hapus, FB nya pun aku hapus dari daftar temanku
di facebook, aku ingin sendiri dulu.
Aku
merasa sedikit kesepian, aku hanya belajar tanpa ada seorang teman yang selalu
menanyakan keadaan dan menghiburku, saat itulah ia datang, Gana, teman
sekelasku di les juga, sepertinya ia tahu aku dan Leo sedang ada masalah. Ia
yang menggantikan posisi Leo, walaupun ia yang sering mengejekku di kelas, tapi
saat aku sms an dengannya, ia perhatian dan baik, tapi ia tak menanyakan
tentang Leo padaku, dan itu membuatku lebih nyaman.
Beberapa
minggu kulalui tanpa bicara dengan Leo, pulang les pun terpisah, tapi ia masih
sering memperhatikanku, aku jadi tak tega padanya, aku berniat untuk meminta
maaf padanya dan mengarang banyak alasan tentang nomor hp dan FB itu.
Hari
senin, setelah semua permintaan maafku telah aku rancang sesuai rencana,
kata-kata, alasan, dan semuanya. Pulang les, aku sengaja memperlambat gerakku
untuk menunggu Leo di koridor, tiba-tiba aku lihat dia sedang berbicara dengan
seorang gadis, seperti sangat tak biasa, aku pun mengurungkan niatku untuk
berbicara dengannya, dengan hati sedih aku pun pulang.
Seperti
biasa, Gana sms aku dengan nada menghibur, aku tak membalasnya, karena aku
sangat lelah. Leo dan gadis itu masih terngiang ditelingaku, aku tak mengerti,
memang sepertinya aku menganggapnya lebih dari teman saat ini, saat dia telah
melupakanku karena kecerobohanku. Aku pun ingin online, aku telah meng-add Leo
kembali kemarin, ternyata ada pesan darinya di dindingku,
“koq
aku gag lihat FB mu belakangan ini, lin?”
Tanyanya,
aku pun membalasnya, dengan mengatakan bahwa FB ku ada yang otak-atik waktu
itu, aku pun berteman lagi dengannya, aku memberinya nomor baruku, dan kami
mulai sering smsan lagi, akhirnya, aku dapat menyelesaikan masalahku.
Sore
esok hari, aku datang les lebih awal karena tak ingin diejek oleh
teman-temanku, Andi sudah menunggu dikelas sendirian, aku bingung harus brebuat
apa, aku hanya duduk dan pura-pura membaca buku, tak sengaja aku
memperhatikannya saat dia melihatku, ia tersenyum padaku, “tumben gag telat,
Non”, katanya menyapaku, Non adalah panggilan anak-anak dikelas ini buatku,
karena asalku dari Jawa, dan pindah ke Bali. “enak aja manggil Non, emang
kenapa kalau aku dateng awal, daripada kamu sama temen-temenmu itu ngejekin aku
terus kalau telat” jawabku,
“jangan
marah gitu dong, Non. Aku Cuma bercanda” lalu ia pindah duduk kesebelahku, aku
pun jadi grogi, tapi aku usahakan terlihat ramah, “apaan nih deket-deket”
kataku,
“kenapa?
Takut Leo marah ya?”,
“enak
aja, aku Cuma temen aja sama dia”
“kayaknya
kamu deket banget sama dia, aku pernah ngeliat kamu dirangkul sama dia didepan”
“ooh,
itu Cuma bercanda aja, dia Cuma temenku aja kok, cemburu yaa?”tanyaku bercanda,
“dikit sih, Non. Udah punya pacar belum” tanyanya mulai
serius,
“belum
sih, aku memang gag mau”
“kenapa gitu, yah, jadi temen belajar gitu, kan asik tuh”
“gag
ah, mungkin SMA aja”,
“yah,
hahahah”
“ngarep
ya sama aku??? Hahaha”
“jujur
ya, kamu jangan marah” aku jadi tambah grogi dan mulai salah tingkah, duh,
kenapa saat ini harus datang sekarang,
“Ia”
“aku
suka sama kamu, Non. Menurutmu?” aaahhhhh, bener kan.
“hmmm,
ia gag apa sih, aku bisa hargai koq, Andi, sebenernya aku juga suka sama kamu”
“ini rahasia kita aja yah, kamu bener gag pacaran sama
Leo”
“enggak,
aku Cuma sahabat aja”
Kami
berdua pun saling bercanda, Andi mengacak rambutku, aku pun mencorat-coret
bukunya, tanpa sadar ada tiga orang cowo yang sedang memperhatikan kami dari
luar, lalu seorang dari mereka yang ternyata adalah Leo berlari menjauh dan
duanya lagi mengejarnya.Aku merasa ada hal yang aneh dengan Leo, tak biasanya
dia mendiamkanku seperti ini, pulang les pun ia hanya mengikutiku dibelakang,
biasanya ia mengajakku mengobrol atau mengucapkan sampai jumpa saat kami akan
berpisah di pertigaan jalan.Sampai dirumah Leo menelfonku, ia hanya mengatakan
bahwa aku salah, ia juga memarahiku, aku tak mengerti, tanpa aku balas setiap
caciannya langsung kututup saja telfonnya. Tapi aku masih teringat pada Andi,
sepertinya ia serius dengan kata-katanya.
Hari
ini malam minggu, aku ada tes di tempat les, dan kami pulang lebih cepat. Leo
masih saja mendiamkankku, mungkin ia mengira aku masih marah padanya, aku
sangat malas melangkah keluar kelas, jadi aku menunggu agar semua pulang lebih
dulu, ternyata Andi masih menunggu dikelas,
“kok
gag pulang, Non. Nunggu siapa?” tanyanya, “aku males aja, palingan aku belum
dijemput, kamu juga kenapa gag pulang, kan bawa motor sendiri?”,
“pulang
sama aku aja, Non. Aku mau ngajak kamu ketempat favoritku, mau gag?”
“hmmm....
boleh aja sih, tapi jangan kemaleman ya?”
“okelas
Tuan puteri”, aku sangat tersanjung Andi memanggilku seperti itu, selama ini ia
belum pernah sebaik ini padaku.
“ah...Lebay
banget”kataku, kami pun berjalan berdua sambil tertawa, yah.. ini cukup untuk
menggantikan Leo, Andi mungkin sahabat yang baru dihidupku sekarang.
Kami
pun berdua menuju tempat favorit Andi, aku belum tau dimana, tapi aku merasa
senang bisa pergi dengannya, diperjalanan dia mengajakku mengobrol banyak hal
tentangnya, ternyata dia asik juga, sesampainya kami disuatu tempat, ternyata
pantai, aku gag pakai jaket lagi, baru turun saja aku sudah menggigil
kedinginan,
“pakai
jaketku aja, aku tau kamu kedinginan” kata Andi, aku pun menerima dengan senang
hati, saat ia membuka jaketnya dan memakaikannya padaku, itu terlihat sangat
keren.
“makasi
ya” kataku, kamipun berjalan dipinggir pantai menuju sebuah pohon yang terlihat
seperti bakau, pohon itu lebih pendek dan daunnya panjang, ia mengajakku duduk
disana, suasana saat itu sangat ramai, banyak anak muda yang sedang berpacaran,
dengan alunan musik kafe-kafe disekitar pantai.
“Non.
Kamu ada masalah sama Leo ya, kok diem-dieman gitu sih?” tanyanya, “iya, aku
gag tau kenapa, waktu ini dia marah-marah sambil nelfon aku, trus aku tutup aja
telfonnya, sejak itu dia jarang ngomong sama aku”,
“owh,
kamu coba tanya aja baik-baik sama dia, hmmm.... aku mau ngasi sesuatu”, “apa
itu?” tanyaku, Andi mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya, dan
memberikannya padaku,
“kotak
apaan ni? Kenapa kamu ngasi aku, aku kan gag ultah hari ini?”,
“kotak
biru ini harus kamu buka tiga hari lagi, soalnya aku yang ultah hari itu,
hehehe”, “seharusnya kan aku yang ngasi kamu hadiah, Andi” ,
“pokoknya
kamu buka aja hari itu, inget ya, tiga hari lagi, akan ada surprise buat kamu,
makanya jangan dirusak rencana yang udah aku susun ini, oke”,
“okelah,
baik banget sih”,
Lalu
kami tertawa bersama, saling bertukar cerita dan pengalaman tak kusadari aku
bersandar di pundak andi, rasanya sangat hangat, lalu handphoneku berbunyi, ada
sms dari papaku, ternyata ini sudah malam, akupun meminta agar Andi segera
mengantarku pulang, perjalanan agak lama, karena aku harus menunjukan jalan
kepada Andi, maklum ia belum tau letak rumahku.
Sampai
dirumah Andi mengucapkan selamat tinggal, dan mengingatkan kembali tentang
kotak itu, akupun melambaikan tangan padanya.
Hari
ini aku les, tanpa aku sadari sudah hari ketiga, aku benar lupa pada kotak biru
itu, sedangkan selama ini les ditiadakan karena menyambut hari raya Buddha. Aku
terlambat berangkat, sampainya aku dikelasku semua memperhatikanku, seperti ada
sesuatu, aku pura-pura tidak menghiraukan, Leo memandangku, baru aku sadari
Andi tidak les hari ini.
Sepulang
les aku hanya menunggu dikelas sampai semuanya keluar, aku selalu memandang
kursinya yang kosong itu, tiba-tiba Leo yang menghampiriku,
“Lin,
aku minta maaf soal yang waktu itu , aku gag bermaksud apa-apa sama kamu”,
“gag
apa kok, Leo. Aku udah maafin kamu kok, ngomong-ngomong Andi kok gag les ya?”,
“aku mau ngajak kamu kesuatu tempat untuk bahas tentang Andi, mau kan?”
tanyanya, dengan rasa penasaran aku mengikuti kehendak Leo. Kami pergi kesuatu
tempat yang sepertinya aku kenal, tepat sekali, pantai, tempat favorit Andi,
dan Leo mengajaku ketempat yang sama dengan yang Andi , dan kami pun duduk
berdua disana.
“Lin,
aku harap kamu gag kecewa sama Andi” kata Leo mulai pembicaraan,
“emang
Andi kenapa Leo?”, “dua hari yang lalu, Andi ngajakin aku ke taman, dia cerita
sama aku, katanya dia mau pergi keluar negeri untuk pengobatan penyakit hati
yang dideritanya dari kecil, dia juga bilang sama aku, kalau misalnya dia gag
balik lagi kesini, dia minta tolong sama aku untuk jagain kamu” Leo berkata
dengan nada sedih, aku oun mulai meneteskan air mata, aku menangis di pundak
Leo, ia merangkulku, aku bertanya dalam hati, kenapa Andi gag pernah bilang
sama aku, kalau dia meu pergi, ninggalin aku, dengan penyakit yang dideritanya,
“katanya
dia ngasi sesuatu kenang-kenangan sama kamu”, mendengar ucapan Leo aku jadi
teringan dengan kotak biru itu, aku pun mengacak-acak tasku, semoga kotak itu
masih tertinggal didalamnya, aku sangat lupa dengan hal ini, bodohnya aku.
Ternyata kotak itu masih ada, lengkap dengan pita yang mengikatnya, kotak biru
itu pun aku buka, ternyata sebuah bola kaca berisi hiasan boneka beruang warna
biru didalamnya beserta sepucuk surat dengan kertas warna biru dan sebuah foto
hasil editan aku dengan Andi , aku pun membaca surat itu dengan diterangi
cahaya remang-remang dari lampu disebelah kami,
“ Non Lina yang Lucu...
Semoga kamu ngerti sama
aku, aku gag bermaksud untuk ninggalin kamu, aku tau kita berdua saling suka,
tapi aku tau Leo juga suka sama kamu lebih dari aku, aku juga tau Leo itu lebih
baik dariku, seorang Andi yang menderita penyakit yang belum diketahui obatnya,
seorang Andi yang hanya bisa mengandalkan orang lain untuk membantuku bertahan
untuk hidup, tapi, kamu adalah salah satu semangat juangku agar tetap bertahan,
bertahan dalam sakit yang terasa sangat mendalam, aku ingin kamu selalu
mengingatku, saat-saat terakhirku untuk melihat wajahmu, tiga hari yang lalu,
mungkin aku gag akan pernah kembali lagi, kamu pasti tau karna apa, karena aku
akan pergi jauh, aku sudah bisa merasakan itu, maka aku berikan sebuah kenangan
untuk mu.
Janganlah menangis karena
aku, karena masih ada Leo yang selalu setia menemanimu, jaga dirimu sebaik
mungkin ya Lin, aku akan selalu menjagamu disisimu, sekali lagi aku minta maaf,
semoga kamu mengerti, selamat tinggal Bonekaku yang paling manis, LINA...
Air
mataku pun berjatuhan sangat deras, “Andi udah gag ada, Leo” aku menangis di
pundak Leo, aku merasa sangat sakit, mungkinkah ini kejutan yang kamu
maksudkan, sakit ini...
Leo
menenangkanku, “aku tau kamu butuh teman, Lin, aku selalu ada buatmu, sedih
ataupun senang”, kata Leo,
“makasi
Leo, tapi aku kangen sama Andi”, “aku ngerti, jadi jangan sedih ya”,
Setelah
aku mulai membaik, Leo mengantarku pulang, aku selalu menatapi surat Andi
setiap malam, dengan foto kami yang aku bingkai dan kupajang dikamarku, dan
bola kaca yang kutaruh dimeja sebelah tempat tidurku, dan berharap suatu hari
ku dapat memimpikan kehadiran Andi, dan aku mulai merasa nyaman dengan Leo, aku
senang disaat ia menghiburku, dengan tawa canda, hubunganku dengan Leo pun
kembali seperti dulu, sebulan kemudian, Leo mengatakan perasaannya padaku,
tepat pada tanggal yang sama seperti saat Andi mengajakku ke pantai sebulan
lalu, akhirnya akupun jadian dengannya, dan aku sudah bisa melupakan sedikit
kesedihanku tentang Andi, walaupun aku terkadang rindu pada Andi, Leo selalu
menceritakan hal-hal tentang Andi yang cukup menghiburku, sebelum tidur saat
malam itu aku mendengarkan lagu dari Irwansyah dan Acha, My heart:
“Bila kita mencintai yang
lain, mungkinkah hati ni akan tegar, sebisa mungkin tak akan pernah, sayangku
akan hilang.....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar