Sabtu, 03 November 2012

cerpen Kurasakan akhir penantianmu



Kurasakan akhir penantianmu

Daun daun kering itu, kini telah diterbangakan oleh angina kemarau ini, begitu sunyi rasanya. Aku berjalan melewati taman-taman itu, meperhatikan dua kupu-kupu yang beterbangan, saling bersenda gurau dalam lamunan sunyi angin, aku berlari, seakan ingin kukejar mereka. Kebahagiaan itu, kedamaian itu, aku ingin mendapatkan itu kembali. Namun, mereka telah pergi, jauh sebelum bisa kulihat lagi. Benar, semua itu telah pergi, orang yang selama ini kucintai, telah pergi.


Malam itu dingin, kuberlari membawa buku-buku pelajaran sekolahku, hujan mengguyur tubuhku dengan kerasnya. Tiba-tiba kau datang membawa payungsam bil berlari kearahku. Memelukku dengan erat, seakan bersyukur kepada Tuhan bahwa aku baik-baik saja. Melepaskan kekhawatiranmu.

Ciuman hangat hari itu,pertama kalinya kurasakan bagaimana hangatnya cinta, ketika tiada siappaun yang peduli akan dirimu. Ia akan datang, mengulurkan tangan dan akan menarikmu kembali. Ialah yang akan memelukmu, merangkulmu, dan melindungimu. Walaupun dalam hati kecilmu, sesungguhnya cinta yang itu belumlah bersemi, namun bersabarlah, karena waktu akan menumbuhkannya dengan sangat cepat.

Kenyataan memang pahit, mengapa aku tak bisa mencintai orang yang encintaiku. Padahal Tuhan telah berikan yang terbaik untukku. Mengapa selama ini aku tak bisa merasakan kehangatan cintanya yang datang dalam kedamaian, aku hanya berpaling dari kenyataan. Bahwa selama ini, cinta hanyalah cepercik debu yang akan kuterbangkan dengan angina yang lembut, bahwa cinta hanyalah setitik embun yang akan kutinggalkan.

Ya Tuhan, aku adalah hambamu yang salah. Bisa-bisanya kutinggalkan dia saat ia akan pergi bersamamu. Bisa-bisanya aku menghempaskan cintanya yang selama ini begitu tulus, mengapa penyesalan itu selalu datang diakhir kisah manusia. Seandainya waktu bisa kukembalikan, aku berjanji padamu, aku akan buat kau bahagia, bahkan lebih bahagia dari yang selama ini kau rasakan dalam hidupmu. Aku akan mengembalikan apa yang telah kau berikan padaku. 

Pelukan hangat disaat aku kedinginan dalam derasnya hujan, ciuman dingin saat kumenangis dalam kegelapan, kata-kata manismu saat kuterenung dalam kehampaan. Kau egajarkanku betapa indahnya dunia yang kupijaki, bagaimana manisnya kenangan yang dapat kaurangkai bersama mentari disiang hari, betapa sejuknya angina yang bulan berikan dimalam hari.

Namun kini, aku hanya dapat menatap kekosongan hatimu. Saat aku berbaring ditengah ruangan, sendiri dalam kesakitan, tersenyum kecil padaku yang selama ini menyia-nyiakanmu. Kenapa Rian, kenapa baru sekarang kau buat aku sadar betapabearnya pengorbanan yang selama ini kau berikan, mengapa baru sekarang cintayang kauberi tiu tumbuh dalam hatiku. 

Dalam hatikupun aku terisak, ya Tuhan, jangan ambil dia sekarang, aku ingin merasakan kebahagiaannya lagi. Aku akui, aku mneyesal. Namun kini penyesalan itu sia-sia, nada sunyi itu telah bersenandung. Menyatakan bahwa Rian takkan pernah kembali lagi, ia telah pergi, bersama malaikat-malaikat surga, menuju dirimu Tuhan. Selamat tinggal Rian.


2 komentar: