ini adalah kisah seorang temanku:
Surat Dalam Kotak Biru
hari
yang melelahkan sepulang sekolah, aku tertidur dikamarku sambil mendengarkan
musik, tiba-tiba hp ku berbunyi, “tid”,
kamu Lina kan?
Ada sebuah nomor tak dikenal
mengirim sms padaku, akupun membalas sms itu, ternyata dia adalah Leo, teman
satu lesku, aku les disebuah lembaga, dan aku juga sekelas dengannya, semenjak
itu ia selalu sms aku, setiap hari ia menanyakan keadaanku, aku pun merasa
dekat dengannya, setiap pulang les, aku selalu ditunggunya dan kami pun pulang
bersama, dia menjadi teman curhatku, setiap masalah sekolah aku ceritaka
padanya,dia adalah sahabatku.
Hari ini aku les seperti biasa, jam
setengah tujuh sore sampai jam delapan malam, aku terlambat dan sangat
terburu-buru, saat aku masuk ke kelas, semua menyorakiku, kata mereka aku
pacarnya Leo, aku jadi agak malu, apalagi terhadap Andi, cowo cerdas yang
selalu duduk di depan dan jawab soal-soal yang diberi guru, dia memang menarik
bagiku.
Sampai dirumah, aku sangat lelah,
Leo mengirim sms padaku, ia minta maaf atas kejadian tadi, katanya teman-teman
melihat inbox di hp nya, aku pun memaafkannya, lalu ia mengirim sebuah puisi
padaku, setelah aku katakan aku akan tidur karena ini sudah hampir jam sebelas
malam,
“ aku tak tahu seberapa lama telah
aku pendam,
Perasaan yang kuanggap lebih dari
sekedar teman,
Aku hanya ingin kau tahu,
Ada sedikit hal kecil yang berbeda,
Semoga kau menghargaiku,
Karena kau adalah emas dihatiku,
Yang takkan pernah kurelakan pergi,
Semoga kau mengerti,
Selamat tidur,
Hahahahahahahaha”
Aku merasa sedikit terhibur, memang
selama ini Leo seperti menunjukan hal yang berbeda denganku, tapi aku hanya
ingin memiliki dia dan menyayanginya sebagai temanku.
Disekolah hari ini, teman-temanku
membicarakan Leo, darimana mereka tau, lalu Andre berkata padaku, “Leo mu
ngajakin perang di facebook, Lin. Haha”, hah! Ternyata Andre mengajak Leo
chatting di FB, apa aja sih yang dia bilang, aku kasihan sama Leo, dia memang
sering coment setiap statusku, dan mengirim pesan ke dindingku di FB, pulang
sekolah aku berniat menanyai Leo, karena aku tak ingin membuatnya sakit hati,
ternyata, dia sudah lebih dulu sms aku, dia yang menanyaiku, siapa itu Andre,
dan kenapa dia seperti iri dengan Leo, aku pun meminta maaf pada Leo atas Andre,
dia memang suka membuat masalah.
Sudah dua bulan lebih aku dan Leo
sedekat ini, ia sering menanyaiku apakah aku menganggapnya lebih dari sekedar
sahabat, bahkan kakaknya mengira bahwa aku dan Leo sudah jadian. Andi pun
sering memperhatikanku, ia selalu terlihat kesal jika teman-teman mengejek aku
dan Leo.
Hari ini seperti biasa, Leo sms aku,
entah mengapa, lama-kelamaan aku merasa Leo terlalu perhatian padaku, kami
seperti bukan sahabat, melainkan pacar, aku tidak menyukai itu, karena aku tak
ada rasa apa-apa dengannya, aku pun memarahinya dan meminta tolong, karena aku
tak ingin menganggapnya lebih dari sahabat baikku, tapi Leo seperti tak
mengertikan maksudku, aku pun marah padanya, kontaknya di hp ku aku hapus, FB
nya pun aku hapus dari daftar temanku di facebook, aku ingin sendiri dulu.
Aku merasa sedikit kesepian, aku
hanya belajar tanpa ada seorang teman yang selalu menanyakan keadaan dan
menghiburku, saat itulah ia datang, Gana, teman sekelasku di les juga,
sepertinya ia tahu aku dan Leo sedang ada masalah. Ia yang menggantikan posisi
Leo, walaupun ia yang sering mengejekku di kelas, tapi saat aku sms an
dengannya, ia perhatian dan baik, tapi ia tak menanyakan tentang Leo padaku,
dan itu membuatku lebih nyaman.
Beberapa minggu kulalui tanpa bicara
dengan Leo, pulang les pun terpisah, tapi ia masih sering memperhatikanku, aku
jadi tak tega padanya, aku berniat untuk meminta maaf padanya dan mengarang
banyak alasan tentang nomor hp dan FB itu.
Hari senin, setelah semua permintaan
maafku telah aku rancang sesuai rencana, kata-kata, alasan, dan semuanya.
Pulang les, aku sengaja memperlambat gerakku untuk menunggu Leo di koridor,
tiba-tiba aku lihat dia sedang berbicara dengan seorang gadis, seperti sangat
tak biasa, aku pun mengurungkan niatku untuk berbicara dengannya, dengan hati
sedih aku pun pulang.
Seperti biasa, Gana sms aku dengan
nada menghibur, aku tak membalasnya, karena aku sangat lelah. Leo dan gadis itu
masih terngiang ditelingaku, aku tak mengerti, memang sepertinya aku
menganggapnya lebih dari teman saat ini, saat dia telah melupakanku karena
kecerobohanku. Aku pun ingin online, aku telah meng-add Leo kembali kemarin,
ternyata ada pesan darinya di dindingku,
“koq aku gag lihat FB mu belakangan
ini, lin?”
Tanyanya, aku pun membalasnya,
dengan mengatakan bahwa FB ku ada yang otak-atik waktu itu, aku pun berteman
lagi dengannya, aku memberinya nomor baruku, dan kami mulai sering smsan lagi,
akhirnya, aku dapat menyelesaikan masalahku.
Sore esok hari, aku datang les lebih
awal karena tak ingin diejek oleh teman-temanku, Andi sudah menunggu dikelas
sendirian, aku bingung harus brebuat apa, aku hanya duduk dan pura-pura membaca
buku, tak sengaja aku memperhatikannya saat dia melihatku, ia tersenyum padaku,
“tumben gag telat, Non”, katanya menyapaku, Non adalah panggilan anak-anak
dikelas ini buatku, karena asalku dari Jawa, dan pindah ke Bali. “enak aja
manggil Non, emang kenapa kalau aku dateng awal, daripada kamu sama
temen-temenmu itu ngejekin aku terus kalau telat” jawabku,
“jangan marah gitu dong, Non. Aku
Cuma bercanda” lalu ia pindah duduk kesebelahku, aku pun jadi grogi, tapi aku
usahakan terlihat ramah, “apaan nih deket-deket” kataku,
“kenapa? Takut Leo marah ya?”,
“enak aja, aku Cuma temen aja sama
dia”
“kayaknya kamu deket banget sama
dia, aku pernah ngeliat kamu dirangkul sama dia didepan”
“ooh, itu Cuma bercanda aja, dia
Cuma temenku aja kok, cemburu yaa?”tanyaku bercanda,
“dikit sih, Non.
Udah punya pacar belum” tanyanya mulai serius,
“belum sih, aku memang gag mau”
“kenapa gitu, yah,
jadi temen belajar gitu, kan asik tuh”
“gag ah, mungkin SMA aja”,
“yah, hahahah”
“ngarep ya sama aku??? Hahaha”
“jujur ya, kamu jangan marah” aku
jadi tambah grogi dan mulai salah tingkah, duh, kenapa saat ini harus datang
sekarang,
“Ia”
“aku suka sama kamu, Non.
Menurutmu?” aaahhhhh, bener kan.
“hmmm, ia gag apa sih, aku bisa
hargai koq, Andi, sebenernya aku juga suka sama kamu”
“ini rahasia kita
aja yah, kamu bener gag pacaran sama Leo”
“enggak, aku Cuma sahabat aja”
Kami berdua pun saling bercanda,
Andi mengacak rambutku, aku pun mencorat-coret bukunya, tanpa sadar ada tiga
orang cowo yang sedang memperhatikan kami dari luar, lalu seorang dari mereka
yang ternyata adalah Leo berlari menjauh dan duanya lagi mengejarnya.Aku merasa
ada hal yang aneh dengan Leo, tak biasanya dia mendiamkanku seperti ini, pulang
les pun ia hanya mengikutiku dibelakang, biasanya ia mengajakku mengobrol atau
mengucapkan sampai jumpa saat kami akan berpisah di pertigaan jalan.Sampai
dirumah Leo menelfonku, ia hanya mengatakan bahwa aku salah, ia juga
memarahiku, aku tak mengerti, tanpa aku balas setiap caciannya langsung kututup
saja telfonnya. Tapi aku masih teringat pada Andi, sepertinya ia serius dengan
kata-katanya.
Hari ini malam minggu, aku ada tes
di tempat les, dan kami pulang lebih cepat. Leo masih saja mendiamkankku,
mungkin ia mengira aku masih marah padanya, aku sangat malas melangkah keluar
kelas, jadi aku menunggu agar semua pulang lebih dulu, ternyata Andi masih
menunggu dikelas,
“kok gag pulang, Non. Nunggu siapa?”
tanyanya, “aku males aja, palingan aku belum dijemput, kamu juga kenapa gag
pulang, kan bawa motor sendiri?”,
“pulang sama aku aja, Non. Aku mau
ngajak kamu ketempat favoritku, mau gag?”
“hmmm.... boleh aja sih, tapi jangan
kemaleman ya?”
“okelas Tuan puteri”, aku sangat
tersanjung Andi memanggilku seperti itu, selama ini ia belum pernah sebaik ini
padaku.
“ah...Lebay banget”kataku, kami pun
berjalan berdua sambil tertawa, yah.. ini cukup untuk menggantikan Leo, Andi
mungkin sahabat yang baru dihidupku sekarang.
Kami pun berdua menuju tempat
favorit Andi, aku belum tau dimana, tapi aku merasa senang bisa pergi
dengannya, diperjalanan dia mengajakku mengobrol banyak hal tentangnya,
ternyata dia asik juga, sesampainya kami disuatu tempat, ternyata pantai, aku
gag pakai jaket lagi, baru turun saja aku sudah menggigil kedinginan,
“pakai jaketku aja, aku tau kamu
kedinginan” kata Andi, aku pun menerima dengan senang hati, saat ia membuka
jaketnya dan memakaikannya padaku, itu terlihat sangat keren.
“makasi ya” kataku, kamipun berjalan
dipinggir pantai menuju sebuah pohon yang terlihat seperti bakau, pohon itu
lebih pendek dan daunnya panjang, ia mengajakku duduk disana, suasana saat itu
sangat ramai, banyak anak muda yang sedang berpacaran, dengan alunan musik
kafe-kafe disekitar pantai.
“Non. Kamu ada masalah sama Leo ya,
kok diem-dieman gitu sih?” tanyanya, “iya, aku gag tau kenapa, waktu ini dia
marah-marah sambil nelfon aku, trus aku tutup aja telfonnya, sejak itu dia
jarang ngomong sama aku”,
“owh, kamu coba tanya aja baik-baik
sama dia, hmmm.... aku mau ngasi sesuatu”, “apa itu?” tanyaku, Andi
mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya, dan memberikannya padaku,
“kotak apaan ni? Kenapa kamu ngasi
aku, aku kan gag ultah hari ini?”,
“kotak biru ini harus kamu buka tiga
hari lagi, soalnya aku yang ultah hari itu, hehehe”, “seharusnya kan aku yang
ngasi kamu hadiah, Andi” ,
“pokoknya kamu buka aja hari itu,
inget ya, tiga hari lagi, akan ada surprise buat kamu, makanya jangan dirusak
rencana yang udah aku susun ini, oke”,
“okelah, baik banget sih”,
Lalu kami tertawa bersama, saling
bertukar cerita dan pengalaman tak kusadari aku bersandar di pundak andi,
rasanya sangat hangat, lalu handphoneku berbunyi, ada sms dari papaku, ternyata
ini sudah malam, akupun meminta agar Andi segera mengantarku pulang, perjalanan
agak lama, karena aku harus menunjukan jalan kepada Andi, maklum ia belum tau
letak rumahku.
Sampai dirumah Andi mengucapkan
selamat tinggal, dan mengingatkan kembali tentang kotak itu, akupun melambaikan
tangan padanya.
Hari ini aku les, tanpa aku sadari
sudah hari ketiga, aku benar lupa pada kotak biru itu, sedangkan selama ini les
ditiadakan karena menyambut hari raya Buddha. Aku terlambat berangkat,
sampainya aku dikelasku semua memperhatikanku, seperti ada sesuatu, aku
pura-pura tidak menghiraukan, Leo memandangku, baru aku sadari Andi tidak les
hari ini.
Sepulang les aku hanya menunggu
dikelas sampai semuanya keluar, aku selalu memandang kursinya yang kosong itu,
tiba-tiba Leo yang menghampiriku,
“Lin, aku minta maaf soal yang waktu
itu , aku gag bermaksud apa-apa sama kamu”,
“gag apa kok, Leo. Aku udah maafin
kamu kok, ngomong-ngomong Andi kok gag les ya?”, “aku mau ngajak kamu kesuatu
tempat untuk bahas tentang Andi, mau kan?” tanyanya, dengan rasa penasaran aku
mengikuti kehendak Leo. Kami pergi kesuatu tempat yang sepertinya aku kenal,
tepat sekali, pantai, tempat favorit Andi, dan Leo mengajaku ketempat yang sama
dengan yang Andi , dan kami pun duduk berdua disana.
“Lin, aku harap kamu gag kecewa sama
Andi” kata Leo mulai pembicaraan,
“emang Andi kenapa Leo?”, “dua hari
yang lalu, Andi ngajakin aku ke taman, dia cerita sama aku, katanya dia mau
pergi keluar negeri untuk pengobatan penyakit hati yang dideritanya dari kecil,
dia juga bilang sama aku, kalau misalnya dia gag balik lagi kesini, dia minta
tolong sama aku untuk jagain kamu” Leo berkata dengan nada sedih, aku oun mulai
meneteskan air mata, aku menangis di pundak Leo, ia merangkulku, aku bertanya
dalam hati, kenapa Andi gag pernah bilang sama aku, kalau dia meu pergi,
ninggalin aku, dengan penyakit yang dideritanya,
“katanya dia ngasi sesuatu
kenang-kenangan sama kamu”, mendengar ucapan Leo aku jadi teringan dengan kotak
biru itu, aku pun mengacak-acak tasku, semoga kotak itu masih tertinggal didalamnya,
aku sangat lupa dengan hal ini, bodohnya aku. Ternyata kotak itu masih ada,
lengkap dengan pita yang mengikatnya, kotak biru itu pun aku buka, ternyata
sebuah bola kaca berisi hiasan boneka beruang warna biru didalamnya beserta
sepucuk surat dengan kertas warna biru dan sebuah foto hasil editan aku dengan
Andi , aku pun membaca surat itu dengan diterangi cahaya remang-remang dari
lampu disebelah kami,
“ Non Lina yang Lucu...
Semoga kamu ngerti sama aku, aku gag bermaksud untuk
ninggalin kamu, aku tau kita berdua saling suka, tapi aku tau Leo juga suka
sama kamu lebih dari aku, aku juga tau Leo itu lebih baik dariku, seorang Andi
yang menderita penyakit yang belum diketahui obatnya, seorang Andi yang hanya
bisa mengandalkan orang lain untuk membantuku bertahan untuk hidup, tapi, kamu
adalah salah satu semangat juangku agar tetap bertahan, bertahan dalam sakit
yang terasa sangat mendalam, aku ingin kamu selalu mengingatku, saat-saat
terakhirku untuk melihat wajahmu, tiga hari yang lalu, mungkin aku gag akan
pernah kembali lagi, kamu pasti tau karna apa, karena aku akan pergi jauh, aku
sudah bisa merasakan itu, maka aku berikan sebuah kenangan untuk mu.
Janganlah menangis karena aku, karena masih ada Leo yang
selalu setia menemanimu, jaga dirimu sebaik mungkin ya Lin, aku akan selalu
menjagamu disisimu, sekali lagi aku minta maaf, semoga kamu mengerti, selamat
tinggal Bonekaku yang paling manis, LINA...
Air mataku pun berjatuhan sangat
deras, “Andi udah gag ada, Leo” aku menangis di pundak Leo, aku merasa sangat
sakit, mungkinkah ini kejutan yang kamu maksudkan, sakit ini...
Leo menenangkanku, “aku tau kamu
butuh teman, Lin, aku selalu ada buatmu, sedih ataupun senang”, kata Leo,
“makasi Leo, tapi aku kangen sama
Andi”, “aku ngerti, jadi jangan sedih ya”,
Setelah aku mulai membaik, Leo
mengantarku pulang, aku selalu menatapi surat Andi setiap malam, dengan foto
kami yang aku bingkai dan kupajang dikamarku, dan bola kaca yang kutaruh dimeja
sebelah tempat tidurku, dan berharap suatu hari ku dapat memimpikan kehadiran
Andi, dan aku mulai merasa nyaman dengan Leo, aku senang disaat ia menghiburku,
dengan tawa canda, hubunganku dengan Leo pun kembali seperti dulu, sebulan
kemudian, Leo mengatakan perasaannya padaku, tepat pada tanggal yang sama
seperti saat Andi mengajakku ke pantai sebulan lalu, akhirnya akupun jadian
dengannya, dan aku sudah bisa melupakan sedikit kesedihanku tentang Andi,
walaupun aku terkadang rindu pada Andi, Leo selalu menceritakan hal-hal tentang
Andi yang cukup menghiburku, sebelum tidur saat malam itu aku mendengarkan lagu
dari Irwansyah dan Acha, My heart:
“Bila kita mencintai yang lain, mungkinkah hati ni akan
tegar, sebisa mungkin tak akan pernah, sayangku akan hilang.....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar