Minggu, 28 April 2013

Cerpen"Moment of valentine"


Moment of Valentine

        Hari-hari ujian sekolah datang menanti, kesibukanku belajar sekarang ini, hanya belajar dan belajar, huuh... sangat melelahkan, tapi aku sangat berharap ada sedikit moment-moment manis yang bisa kukenang di akhir-akhir kebersamaanku dengan teman-teman sekolahku, seperti saat 14 February sebulan yang lalu:


        Hari ini hari Sabtu, sudah kuduga, pasti belajar lagi, padahal biasanya kan pengembangan diri, jadi bisa bercanda deh sama temen-temen, aku dengan malas melangkah kekelas, kemarin abis bergadang nonton Titanic, akhir-akhir ini stasiun TV sering nayangin film cinta-cinta gitu deh, maklum Valentine udah deket, dua hari lagi, tapi aku gag pernah punya pacar waktu valentine, palingan aku ambil coklatnya doang kalau kebetulan ada yang naksir ma aku, hahah..., pacaran itu yang aku tahu ngebosenin, Cuma buat dipegang-pegang aja, terus diputusin, apa gunanya sih, gag penting. Tiba-tiba aku ditabrak oleh seseorang, brakk , aku hampir jatuh tapi ia buru-buru memegangiku, “maaf ya, gag sengaja” katanya, aku pun memandangnya, wajahnya manis, dan anaknya terkenal kalem dan gag banyak omong, lalu ia pergi bersama teman-temannya, aku hanya memperhatika setiap langkahnya,
 “Vin, tungguin aku,Vin ,Vinaya” teriak temanku dari depan gerbang, aku pun tersentak kaget dari lamunanku,
        “kamu ini lo, dari tadi aku panggil-panggil, abis ketemu siapa tuh tadi?” tanya Melody yang adalah salah satu dari sahabatku, “sory, Mel. Aku ditabrak cowo tu tadi, aku juga gag tau namanya”, lalu kami jalan bersama,
“aku tahu, namanya Sadewa, anaknya memang pendiam banget, kenapa? Suka ya, lumayan sih orangnya”,
        “gag sih, biasa aja, hehe”, “bercanda, siapa tau aja kamu mau, valentine kan udah deket, sekali-keli cari aja, buat semangat belajar” kata Melo,
“duh, Mel. Dibilangin, ya udah yuk, cepetan kekelas”.
Aku dan Melo pun sampai dikelas, kelasku terletak dilantai dua, suasana sekolahku setiap pagi sangat sejuk dan damai sehingga aku dan teman-temanku pasti berjemur sinar mentari pagi dulu sebelum belajar sambil membicarakan soal-soal, karena kami akan ujian akhir, jadi harus rajin belajar.
“ada bebek-bebek baru bangun, siang banget sih datangnya” sapa seorang sahabatku ,Ryo saat kami masuk kelas,
“ngejek aja kamu, Yo. Yang penting kan gag telat kayak kebiasaanmu tiap olah raga” bela sahabatku yang lain Elita, aku memiliki tiga orang sahabat dikelasku Melo, Ryo, dan Eli. Lalu tiba-tiba bel berdering dan kami harus berbaris dilapangan untuk mendengarkan ceramah kepala sekolah.
₩₩₩
          “karena sebentar lagi anak kelas 9 akan mengikuti ujian akhir, maka setiap hari sabtu bapak akan ubah cara belajar kalian, kalian boleh pilih ingin masuk kepelajaran apa dari 4 study yang diujikan, selain bisa bertanya, ini juga merupakan refreshing” kata kepala sekolahku saat berpidato didepan, setelah itu kamipun segera menuju kekelas yang kami inginkan,
          “bahasa inggris aja yuk” kata Melo, “ya udah” jawab teman-temanku, kami pun menuju kelas bahasa inggris yang diajarkan oleh guru yang paling sering dijaili oleh teman-temanku, Pak Noman. Aku segera duduk dibangku belakang bersama Eli, karena didepan sudah penuh, dan dibelakangku duduk Melo dan Ryo.
          “good morning students, now we will answer the try out one year ago, please work for the 30 minutes” kata pak Noman dalam bahasa inggris, beberapa murid menjawab dengan nada mengerjai, kami pun tertawa ditengah-tengan pelajaran. Ternyata tanpa aku sadari, Sadewa duduk disebelahku, dan ia menanyaiku,
          “hay, sory yang tadi ya, namamu Vinaya kan?” tanyanya,
          “ia, panggil aja Vina, namamu siapa?” tanyaku walaupun sudah tahu, hanya ingin menyakinkan, “Sadewa, kata temenku kamu pinter ya, cepet banget jawab soalnya” tanyanya,
          “biasa aja kok, ini aku juga nyontek sama Eli”, “eh, Sad, mau nyontek ya, gag boleh” kata Eli, “enak aja, aku kan mau nanya sama Vina” kata Sadewa,
          “udahlah, nanti pak guru marah kita ribut” aku melerai, mereka pun diam,
          “dia itu temen satu sekolahku dulu, Vin. Anaknya pinter tapi suka bercanda” kata Eli padaku, aku hanya tersenyum.
          Setelah pelajaran bahasa Inggris berakhir kami keluar kelas dan menuju ke kantin, aku bertemu Sadewa disana, ia hanya memperhatikanku sambil tersenyum.
₩₩₩
          Hari ini Minggu, aku hanya memikirkan anak itu sejak kemarin, kenapa ia sangat memperhatikanku, anaknya memang manis, tapi apa mungkin ia suka padaku. Hanya itu yang menghantuiku sejak kemarin, apa mungkin aku juga menyukainya. Ah... aku tidak mau terlalu GR, mungkin hanya perasaanku saja. Hari ini aku berlatih menyanyi untuk besok, karena seminggu akan ada tes praktek untuk ujian akhir, aku berkelompok bersama ketiga sahabatku, Ryo yang main gitar, lagunya cukup romantis, yaitu lagu dari Vierra, Seandainya:
          “Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri,
          Melukai kenangan yang telah kita lalui,
          Yang tersisa hanya aku sendiri disini,
          Kau akan terbang jauh menembus awan,
          Memulai kisah baru tanpa diriku,
          Seandainya kau tahu,
          Ku tak ingin kau pergi,
          Meninggalkanku sendiri bersama bayanganku,
          Seandainya kau tahu,
          Aku kan selalu cinta,
          Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini”
₩₩₩
          Hari ini Senin 14 February, tepat valentine dan aku harus mengikuti ujian-ujian, aku tak ada melihat Sadewa sejak dari gerbang sekolah, padahal biasanya dia datang jam segini, sampai dikelas aku hanya jadi anak pendiam, biasanya aku cerewet dari baru masuk kelas sampai pelajaran berakhir, hari ini aku ada praktek sains, disuruh bawa bunga beraneka ragam, aku hanya memandangi bunga mawar putih yang aku bawa, mawar itu sudah agak layu, sambil memikirkan anak itu lagi,
          “hoe...” teriak teman-temanku, “ngelamunin siapa tuh, Vin?” tanya Eli,
          “nah, jangan-jangan yang kemarin itu ya?” kata Melo, “siapa sih, gag cerita-cerita” kata Ryo, lalu Melo membisiki kedua sahabatnya yang lain, dan mereka bertiga keheranan, “ternyata teman kita yang satu ini suka sama temenku yang jail itu, haha, gag apa kok Vin, kita akan bantu kamu” kata Eli,
          “iih, kalian ini, hmmm... dia anaknya manis ya, tapi aku Cuma tertarik aja” kataku,
          “kayaknya dia juga suka sama kamu, aku lihat dari waktu dikantin kemarin dia perhatiin kamu terus” kata Ryo, aku hanya tersenyum sedangkan mereka mengoceh tentang Sadewa terus, tapi aku senang mendengarnya, hihihi...
₩₩₩
          Ujian telah dimulai dari sejam yang lalu, ketiga sahabatku telah melalui ujian sains, tinggal aku yang terakhir, kami bertiga terpisah-pisah karena nomer peserta yang berbeda, jadi aku harus mengerjakan soal sendiri, sementara mereka melatih vocal untuk ujian seni suara nanti.
          Aku pun dipanggil untuk segera masuk kelas, kelas itu sudah penuh dan aku hampir tak mendapat tempat duduk, lalu ada yang menarik tanganku dari belakang,
          “cepetan, duduk sama aku aja”, aku serentak menoleh dan ternyata Sadewa. Ia mengajakku duduk dengannya dikursi paling belakang dan kami mengerjakan soal bersama, ia mengajakku bercanda dan bercerita, ternyata dia pintar juga, ia bisa menjawab sebagian besar soal itu, walaupun yang sulit pasti ia bebankan padaku, kami diberi tugas untuk mengamati bunga-bunga yang kami bawa, setelah slesai bekerja, kami merapikan meja.
          “Vin, ini, aku beli kemarin, tadi kan gag kepakai, aku kasi kamu aja ya” katanya sambil menyerahkan sekuntum mawar putih lengkap dengan pembungkusnya, bunga itu masih segar dan kuncup, dengan pita merah mengikatnya, aku pun menerimanya karena mawar putihku sudah layu.
          “makasi ya, mawarku yang tadi juga udah layu” kataku, ia malambaikan tangan dan pergi bersama teman-temannya untuk mengikuti ujian seni budaya, aku pun mencari teman-temanku sambil memegangi mawar itu.
          “Vin, sini ,kita udah mau tampil” panggil Eli dari depan ruang ujian, aku pun kesana dan selintas melihat kedalam ruangan dari kaca, ternyata Sadewa sedang bernyanyi bersama temannya, aku hanya tersenyum padanya walau tak mendengar suaranya yang kecil itu. Setelah ia keluar, aku dan teman-temanku segera tampil, pintu ruangan yang biasanya tertutup itu kini terbuka, dari luar banyak teman-teman yang menonton kami, tidak seperti yang sudah-sudah, kami sangat banyak yang menonton, termasuk Sadewa. Aku jadi semangat dan menyanyikan lagu sepenuh hati, sehingga penampilan kami sangat bagus. Setelah itu aku mengembalikan gitar sekolah ke ruang media, ruangan itu terletak sedikit terpencil dan tempatnya biasanya sepi, ketiga sahabatku yang memaksaku, karena tadi aku yang paling terlambat ikud latihan. Aku berjalan sendirian, kemudian masuk keruang media yang sepi dan penuh peralatan elektronik, tiba-tiba ada yang menutup pintunya, ruangan itu mendadak gelap dan aku berteriak, ada yang menutup mulutku, aku seperti sudah akrab dengan sentuhan tangan itu, Sadewa.
          “sory, jangan takut ya, aku gag mau ngapa-ngapain kok, Cuma mau ngasi sesuatu” lalu ia mengeluarkan sekotak coklat yang dihiasi pita merah muda, aku hanya terdiam tak percaya,
          “sebenernya aku sudah suka sama kamu dari dulu, aku takut kamu malahan jadi ngejauhin aku, setelah aku kenal kamu ternyata kamu itu baik dan bisa menghargai, gimana?”, aku gag percaya, dia nembak aku atau apa,
          “ia gag apa, heheh” kataku, aku pun menerima coklat itu,
          “kamu nerima aku kan?” tanyanya,
          “sebenernya aku juga tertarik sama kamu, kamu anaknya manis, kalem dan lucu” aku katakan semuanya, aku telah nyatakan, kini hatiku sudah terasa sangat ringan, lalu ia mencium pipiku, cukup mendebarkan tapi sangat membahagiakan, aku hanya tersenyum sambil menunduk. Lalu ada suara ribut teman-temanku dan teman-temannya Sadewa dari luar, lalu pintu pun terbuka.
          “Cie... yang baru jadian” semuanya menyoraki, ia pun mengajakku keluar, disana aku membagi coklat yang diberi Sadewa, walau pun pertamanya ia tak menginginkan, katanya ia sudah pesan itu spesial buatku, tapi sebagai rasa terima kasihku pada teman-teman semua, aku membagi 30 buah coklat itu.
          Ternyata ketiga sahabatku sudah mengetahui hal ini, dan mereka sengaja menyuruhku mengembalikan gitar sendiri, ternyata ada sesuatu yang surprise banget buatku, ini adalh kisahku dihari Valentine yang sangat membahagiakan, kini Sadewa telah menjadi sainganku dan semangat belajarku, dan juga orang yang sangat berarti yang hadir dalam hidupku. “Happy Valentine Day”


My Romantic            Valentine
Saat hati layu,        bersedih selalu
Kurasakan sepi yang berlarut-larut
Berharap akan ada yang mengisi hatiku
Dan ternyata kau datang disaat itu
Menemaniku kini dalam lamunan hangat
Tak hanya sekejap kumemandang
Dirimu memang sempurna
Kulihat sejak pertama
    Dan akan bertahan
          Selamanya
               Cinta

1 komentar: